Berpuasa adalah saat tepat untuk menata ulang pola makan jika kolesterol Anda termasuk tinggi.
Saat sahur dan berbuka puasa, konsumsilah makanan yang rendah lemak dan perbanyak sayur serta buah.
Seiring dengan penurunan berat badan, kolesterol dalam tubuh pun akan turun. Bagi penderita kolesterol tinggi, total kolesterol akan berkurang 10% selama puasa, termasuk penurunan LDL (kolesterol jahat) 15%, penurunan trigiselida 30%, dan kenaikan HDL (kolesterol baik) 8%.
Hindari makanan berlemak tinggi, seperti keju atau susu full cream. Jika Anda ingin minum susu, pilih yang low fat, susu almond atau susu kedelai. Makanan yang ditumis atau direbus juga lebih baik daripada yang digoreng dengan banyak minyak (deep fried).
Beralihlah dari daging merah (sapi, kambing) ke daging putih (ayam, bebek tanpa kulit), atau ikan laut dan ikan air tawar. Jika Anda ingin sekali menyantap masakan dari daging merah, pilih yang tidak berlemak. Batasi asupan kuning telur maksimal tiga butir dalam satu minggu.
Kolesterol sendiri terbentuk dalam proses pencernaan. Sumber lemak dari makanan dipecah menjadi sebagian besar trigiselida dan sisanya berupa kolesterol, asam lemak bebas, dan fosfolipid. Kolesterol dan trigiselida ini akan membentuk lipoprotein yang larut dalam darah.
Ada dua macam lipoprotein, HDL dan LDL. High Density Lipoprotein (HDL) membawa lemak dari sel-sel tubuh dan mecegah agar lemak tersebut tidak menumpuk di dinding arteri, karena itu disebut kolesterol baik.
Sementara Low Density Lipoprotein (LDL) menyebabkan timbunan lemak di dinding arteri dan mengakibatkan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Kadar kolesterol dapat diketahui melalui pemeriksaan darah (batas amannya 200 mg/dl).
Periksalah kadar kolesterol dalam darah Anda setelah puasa selesai, dan lihat perbedaannya. Pertahankan, agar di luar bulan puasa, kadar kolesterol Anda tetap dalam ambang batas aman.
Konsultan ahli: dr. Peni M. Hartanto dari Prima Diet Catering