Untuk orang tua kita, ternyata asuransi kesehatan lebih penting daripada asuransi jiwa. Ini alasannya.
Belakangan ini beberapa perusahaan asuransi mengeluarkan produk asuransi jiwa untuk para usila (usia lanjut) yang berlaku seumur hidup. Asumsinya: Pertama, rentang usia harapan hidup semakin panjang dan banyak orang yang masih bekerja hingga usia 70 tahun. Kedua, orang tua ingin memastikan anak-anaknya hidup berkecukupan sepeninggal mereka.
Menurut Tejasari, Financial Planner dari Tatadana Consulting, sebenarnya orang tua tidak terlalu perlu membeli asuransi jiwa, karena umumnya biaya preminya relatif lebih mahal.
“Ketika seseorang memasuki usia pensiun, anak-anak mereka semestinya sudah mandiri dan relatif mapan, jadi tidak perlu dinafkahi lagi. Karena itu, perlu dipertimbangkan apakah hasil yang mereka peroleh sebanding dengan usaha membayar premi semahal itu,” ujar Tejasari. Kecuali, orang tua kita punya dana ekstra dan bermaksud memberi warisan kepada keluarganya setelah mereka meninggal dunia kelak.
Yang lebih dibutuhkan dan perlu dimiliki oleh orang tua kita sebenarnya adalah asuransi kesehatan, mengingat mereka akan lebih rentan terkena penyakit. Namun biaya premi asuransi kesehatan juga jauh lebih mahal dibandingkan kalau kita membelinya di usia lebih muda.
Ada dua jenis asuransi kesehatan yang biasa kita kenal selama ini. Pertama, asuransi yang bertujuan untuk menanggung biaya perawatan di rumah sakit. Kedua, asuransi khusus untuk critical illness (biasanya batas usia maksimum pemegang polis 65 tahun).
“Tapi tetap ada plus-minusnya. Sekali kita didiagnosis terkena penyakit kritis, misalnya kanker, uang pertanggungannya bisa dicairkan. Tapi kalau tahun berikutnya kita kembali kena kanker, tidak bisa ditanggung lagi,” Teja menjelaskan.
Kalau kita mendaftarkan orang tua kita untuk mengikuti asuransi, setiap tahunnya pihak asuransi akan mengevaluasi kondisi kesehatan orang tua kita untuk menentukan apakah preminya untuk tahun berikutnya bisa diperpanjang atau tidak. Kalau orang tua kita kemudian terdiagnosis gejala diabetes, misalnya, asuransi bisa jadi tidak diperpanjang. Kalaupun diperpanjang, semua penyakit yang berkaitan dengan diabetes akan dicoret alias tidak ditanggung. “Jadi rugi kan, sudah bayar premi mahal tapi biaya perawatan penyakit yang kita butuhkan justru tidak ditanggung?” ujar Teja.
Umumnya asuransi kesehatan memberi batas usia maksimal tertanggung hingga 65 tahun. Tapi kini sudah ada produk asuransi kesehatan yang bisa menjamin seumur hidup, tapi lagi-lagi biaya preminya jauh lebih mahal, sekitar 2-3 kali lipat dari asuransi kesehatan biasa.
Contohnya, produk asuransi kesehatan premium yang premi tahunannya paling sedikit Rp25 juta. Kalau pada tahun berikutnya orang tua kita terdiagnosis penyakit kronis dan butuh biaya perawatan tinggi, mungkin kita tidak rugi atau malah diuntungkan. Tetapi kalau orang tua kita ternyata sehat-sehat saja sementara setiap tahunnya kita tetap harus membayar premi yang mahal, tentu akan terasa ‘mubazir’, karena premi yang sudah dibayarkan tidak bisa dikembalikan. “Mungkin dana sebesar itu bisa kita tujukan untuk hal lain yang lebih terasa manfaatnya, misalnya ditabung atau diinvestasikan,” kata Teja.
Yang jelas dan perlu diingat, semakin tua usia orang tua, premi akan terus meningkat. Karena itu, yang paling ideal, asuransi kesehatan diambil 5-10 tahun sebelum masa pensiun. Kalau orang tua tidak ikut asuransi kesehatan, maka biasanya anak-anaklah yang harus menanggung biaya kesehatan mereka.
“Karena itu, ada baiknya kita urunan dengan saudara-saudara kita untuk membelikan asuransi kesehatan untuk orang tua kita dan membayarkan preminya bersama-sama. Dengan demikian, ini harus dimasukkan ke dalam perencanaan keuangan keluarga,” Teja menambahkan. Intinya, jangan sampai niat kita membantu orang tua justru akhirnya mengorbankan kepentingan keluarga kita sendiri.