Rasa nyeri bisa kita alami kapan saja. Tak harus minum obat untuk meredakannya.
Suatu hari seorang teman bertanya kepada saya, Apa, sih, kekuatan super yang ingin saya punya? Spontan saja, saat itu saya berkata, “Saya tidak ingin merasakan sakit. Sepertinya enak kalau tidak usah minum obat….” Teman saya tentu saja tertawa. Dari sekian banyak keinginan canggih seperti ingin menghilang, ingin bisa terbang, atau tidak bisa menua, malah saya ingin yang sederhana saja. Di benak saya hanya terbayang, wah, enak juga ya, kalau tidak usah merasakan nyut-nyutan sakit gigi. Begitu juga kalau terciprat minyak goreng saat memasak.
Tapi keinginan saya itu segera berubah. Sesaat sebelum tidur, saya punya kebiasaan menonton YouTube. Kali itu saya tak sengaja menonton sebuah video talk show Oprah Winfrey. Ternyata tak perlu kekuatan super untuk bisa tahan sakit. Seorang anak bernama Gabby Gingras mengalami gangguan saraf langka yang bernama Hereditary Sensory Autonomic Neuropathy Type 5. Gangguan itu mencegah sensasi nyeri ke otak.
Ketika masih bayi, Gabby tidak menangis saat ditusuk jarum untuk diambil darahnya. Saat tumbuh gigi, ia akan mengunyah jari-jarinya sampai berdarah. Hingga suatu hari, ayah Gabby—Steve Gingras—sedang memijat gusi Gabby dengan jarinya. Gabby pun menggigit jari ayahnya. Tentu saja, Steve merespons dengan menarik jari. Tak disangka, gigi Gabby ikut tercabut! Tetapi Gabby tidak kesakitan.
Karena tidak bisa merasakan sakit, Gabby terus melakukan kebiasaan buruk. Ia kerap mengunyah lidahnya sendiri. Mainan-mainan plastik juga digigitinya. Orang tuanya—Trish dan Steve—sampai memutuskan untuk membiarkan dokter mencabut gigi-gigi Gabby karena kebiasaan menggigit yang tak terkendali. Bukan hanya itu—Gabby sering mencolok matanya dengan jari. Kebiasaan ini pun membuat mata kirinya harus diangkat karena mengalami kerusakan.
Ternyata dugaan saya salah. Kemampuan merasakan sakit adalah salah satu yang terpenting untuk bertahan hidup. Dengan merasa sakit, kita bisa menjauhkan diri dari bahaya. Bayangkan kalau kaki kita tertancap paku, tapi kita tidak merasakan apa pun? Bisa saja paku itu tertanam dalam waktu yang lama tanpa kita sadari. Untungnya, kita memiliki reseptor nyeri pada permukaan kulit yang menyampaikan informasi hingga ke otak saat terkena sentuhan yang melebihi batas normal. “Contohnya adalah ketika saya memegang tangan Anda. Apakah terasa nyeri? Kan, tidak. Tetapi coba kalau saya melebihi rangsang normal? Misalnya saya mencubit tangan Anda. Nah, maka akan terjadi rasa nyeri,” jelas Dr. med. Linda Rachmat Sp. An, KIC dari RS Medistra, Jakarta
Rasa nyeri adalah suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh kita. Ibaratnya, jari kita tertusuk jarum. Ketika ada stimulus di kulit, maka reseptor kulit akan melapor ke tulang belakang. Setelah itu, sinyal nyeri akan naik ke otak. Di otak ada daerah yang mempersepsi nyeri. “Otak akan mengetahui dengan sangat cepat. Ia memberi respons motorik untuk memerintahkan kita menarik bagian tubuh yang sakit,” kata dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, dari RS Antam Medika, Jakarta. Biarpun jadi tanda waspada, nyeri tak selalu berarti buruk. Contohnya ketika kita merasa nyeri pasca berolahraga.
Tak semua nyeri harus dihilangkan dengan obat. Terlebih jika kita tahu apa penyebabnya. “Kalau kita lihat sebabnya apa—misalnya tergores—maka itu tidak berbahaya. Tapi kalau kita tidak bisa mengetahui apa penyebabnya tapi terasa nyeri, nah, itu warning. Harus kita telusuri. Apakah penyebabnya?” kata Dr. Linda.
Nyeri yang tidak kita ketahui sebabnya itu bisa saja disebabkan oleh tumbuhnya kanker. Sel-sel yang sehat menjadi radang karena ditekan oleh sel kanker sehingga rasa nyeri itu timbul. “Segala sesuatu yang mengambil tempat dari organ lain bisa menyebabkan sakit,” kata dr. Linda. Ketika kita tahu si penyebab nyeri, kita bisa bernapas lega. Sebab, yang berbahaya adalah jika rasa nyeri itu tidak diketahui penyebabnya. Dan saat kita mengalami nyeri berulang, segeralah periksakan diri ke dokter.
Jika nyeri diakibatkan oleh rangsangan luar seperti akibat keseleo, kita bisa memberi pertolongan pertama dengan berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi—bisa diganjal dengan bantal. Kemudian, kompres dengan es yang dibalut handuk. Lalu, oleskan krim anti-nyeri yang mengandung capsaicin atau asetaminofen.
Soal penyebab nyeri, ternyata posisi tubuh yang keliru pun bisa jadi penyebab. Segala posisi yang tidak seimbang dapat menyebabkan nyeri. “Semua posisi yang tidak fisiologis (tidak natural) bisa menyebabkan rasa sakit. Kalau pakai high heels, sebenarnya posisi tubuh tidak normal, kan?” kata Dr. Linda.
Selain karena high heels, nyeri bisa kita alami karena terlalu sering duduk membungkuk, menyilangkan kaki, atau terlalu lama memandangi komputer. Jika dilakukan berulang, imbasnya adalah nyeri di leher (neck pain) atau nyeri punggung (low-back pain). Mengompres dengan es dan mengoleskan krim anti-nyeri juga bisa ditempuh. Namun jangan lupa, meski rasa nyeri bisa diredakan dengan obat, kita tetap harus cari tahu penyebabnya. Tujuannya agar rasa nyeri bisa hilang untuk selamanya dengan mengubah kebiasaan.
Nyeri juga bisa terjadi di kepala. Pernahkah Anda tiba-tiba mengalami nyeri di kepala? Tak perlu buru-buru menenggak obat jika Anda mengalaminya. Jangan juga langsung berpikir bahwa Anda memiliki tumor di kepala. Sakit kepala itu banyak sebabnya. Bisa saja terjadi karena ada gangguan di otot dan kulit kepala. Salah satu penyebab myeri di kepala adalah karena kita baru saja meluapkan emosi dengan mengeluarkan amarah. Menurut dr. Eka, saat kita marah maka otot akan menjadi tegang. Tensi pun naik, disertai meningkatnya hormone adrenalin dan kortisol. Pantas saja nyeri timbul di kepala....
Perubahan cuaca juga bisa jadi biang kerok sakit kepala. “Saat panas, pembuluh darah di kulit kepala akan melebar. Saat itu, keluarlah zat-zat subtansi yang menyebabkan nyeri,” jelas dr. Eka. Jika kita mengalami yang demikian, obatnya simpel, kok: Cukup beristirahat dengan tidur. Relaksasi dengan kegiatan santai bisa membantu meredakan sakit kepala. Kita bisa melakukan kegiatan apa pun yang bisa membuat relaks, seperti bermeditasi, massage di spa, atau mendengarkan musik favorit. Meminum obat nyeri golongan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drug)—seperti ibuprofen, aspirin, dan asam mefenamat—aman dikonsumsi selama jangka waktunya pendek. Bila nyeri tak hilang juga dalam 2-3 hari, sudah waktunya kita mengunjungi dokter.
[Baca juga tentang obat ampuh alami dari dapur Anda]