Tertawa, selain menyenangkan, memiliki beragam manfaat. Salah satunya adalah merawat memori otak atau menangkal pikun.
Kapan terakhir kali Anda tertawa? Maksud saya, tertawa yang benar-benar tertawa. Bukan yang hanya basa-basi, atau untuk menyenangkan orang lain. Tertawa yang membuat hati lapang dan riang. Konon, semakin bertambah usia seseorang, mereka akan semakin jarang atau sulit tertawa. Jika Anda kesulitan menjawab pertanyaan tadi, maka mungkin Anda adalah salah satunya.
Faktanya, hidup akan selalu penuh cobaan. Dan karenanya, menjalani hidup dengan mengeluh serta menekuk wajah sepanjang waktu tidak akan membantu. Anda punya pilihan untuk menjalankan semuanya dengan lebih ceria dan penuh tawa. Selain lebih seru, hal tersebut akan menghindarkan Anda dari berbagai penyakit, seperti stres dan pikun.
[Baca juga tentang menertawakan kegagalan]
Stres sendiri berkaitan erat dengan hormon kortisol. Hormon tersebut berpengaruh secara langsung terhadap perubahan mood Anda. Sederhananya, semakin tinggi kortisol, semakin tinggi pula tingkat stres dan kemungkinan depresi yang Anda alami. Sebaliknya, menjaga kortisol berarti menjaga tingkat stres diri Anda.
Di sisi lain, Anda punya hormon endorfin yang bereaksi kala Anda tertawa, atau minimal tersenyum. Endorfin ini kerap disebut sebagai hormon bahagia, dan ia mampu membantu Anda menekan level hormon kortisol di dalam tubuh. Endorfin juga berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Para ilmuwan dari Loma Linda University, California, AS, mendapatkan temuan menarik terkait tawa. Siapa sangka, tertawa memiliki manfaat untuk menurunkan risiko pikun lebih dini pada anak-anak muda. Hal tersebut dikarenakan, semakin tinggi tingkat stres seseorang, maka ia akan semakin mudah pikun.
Idealnya, untuk menangkal pikun dengan tertawa, seseorang dianjurkan untuk tertawa setidaknya 15 menit per hari (akumulasi). Yuk, rajin-rajin tertawa!