Kita ikut bersedih karena aktris Julia Perez meninggal dunia pada 10 Juni 2017.
Sejak tahun 2014, ia berjuang melawan kanker serviks. Meski tlah menjalani pengobatan intensif, kanker serviks stadium 4 akhirnya menang dalam pertarungan itu.
Kanker serviks atau kanker leher rahim memang masih jadi penyebab kematian bagi wanita, terutama di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Statistik menunjukkan, kanker serviks lebih banyak menyerang wanita usia antara 20-50 tahun.
Proses terjadinya kanker serviks memakan waktu cukup lama; mulai dari tahap terinfeksi HPV hingga berkembang menjadi kanker membutuhkan waktu 10-20 tahun.
Sebelum menjadi kanker terjadi tahapan yang dinamakan lesi prakanker, yaitu keadaan saat HPV telah menginfeksi mulut rahim dan membuat sel di sekitar epitel leher rahim menjadi berantakan.
Saat berada di tahap ini, sel-sel kanker tersebut masih bisa dimusnahkan dengan cara dilaser, dibakar, atau dibekukan. Jangan khawatir, semua itu hanyalah tindakan medis sederhana, bukan operasi besar.
Sangat baik jika sel abnormal tersebut ditemukan pada tahap ini, karena tingkat kesembuhannya dapat mencapai 100%. Sayangnya tahapan ini nyaris tidak menimbulkan gejala apa-apa, sehingga wanita cenderung mengabaikan pentingnya pemeriksaan/screening HPV secara rutin.
Padahal jika sudah memasuki tahapan kanker, tingkat kesembuhannya menjadi sangat kecil, sekalipun pasien sudah menjalani pengobatan lengkap, termasuk pengangkatan organ rahim dan kemoterapi dalam kurun waktu panjang.
Ada banyak alternatif pencegahan yang ditawarkan dunia medis. Pencegahan primer adalah melalui vaksin. Vaksin ini dapat mencegah infeksi dua tipe HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks, yaitu tipe 16 dan 18.
Tindakan vaksinasi paling efektif dilakukan pada saat wanita belum melakukan kontak seksual, semakin muda semakin baik, yaitu antara usia 9-26 tahun, sehingga antibodi yang terbentuk semakin baik dan mampu menjaga kita hingga 30 tahun ke depan.
Tapi, bagaimana nasib kita bila sudah telanjur melakukan kontak seksual tanpa sempat divaksinasi? Jangan keburu berkecil hati. Ada pencegahan sekunder yang masih bisa dilakukan, yaitu dengan rutin melakukan screening HPV (mulai dari pap smear, inspeksi visual dengan asam asetat atau IVA, tes HPV, dan sebagainya) setiap tahun.
Dengan rutin screening, tahap pembentukan sel rusak (lesi prakanker) dapat ditemukan lebih dini dan dicegah agar tidak berkembang menjadi sel kanker dan menyebar.
Di negara-negara Eropa, Amerika, Australia, dan Singapura, kanker serviks bukan lagi penyakit yang ditakutkan, serta bukan lagi menjadi penyebab kematian wanita yang terbesar. Tingkat kesadaran para wanita di sana, termasuk pemerintahnya, cukup besar.
Selain memberikan vaksin HPV secara gratis, sejumlah negara memberlakukan sistem peringatan jika ada warganya yang terlambat melakukan pap smear atau screening HPV lainnya. Satu hal kembali terbukti. Jauh lebih baik mencegah daripada mengobati.
Konsultan: Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SPOG (K) dari RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Foto: 123RF