Tak terhitung banyaknya merek minuman teh dalam kemasan yang beredar di pasaran.
Jenisnya pun banyak. Ada teh hitam, teh putih, teh merah, dan teh hijau yang diklaim paling hebat dan menyehatkan karena kandungan antioksidannya paling tinggi.
Anggapan itu mendorong penggunaan teh hijau pun kian meluas. Tengok saja produk pembersih vagina, tisu basah, hingga body butter. Demi keberhasilan penjualan produk, kehebatan teh hijau dijadikan selling point.
Matcha atau bubuk teh hijau sebetulnya bukan barang baru. Matcha berasal dari Bahasa Jepang—ma berarti bubuk, dan cha berarti teh. Matcha menjadi minuman tersohor di Jepang, dan kini penetrasinya sampai ke Indonesia.
Padahal Jepang sendiri mendapat pencerahan tentang bubuk teh hijau pada tahun 1191 dari Eisai, seorang pendeta Zen dari Cina, yang membawa biji teh ke Jepang. Di halaman kuilnya di yoto, Eisai menanam pohon teh. Sambil menyebarkan filsafat zen, Eisai membuat bubuk teh hijau. Dialah orang pertama di Jepang yang membuat bubuk teh hijau.
Di Yunnan, Cina Selatan, pohon teh sudah ada sejak tahun 2700 SM. Tanaman ini kemudian menyebar sampai India, tumbuh di wilayah Assam. Itu sebabnya tanaman teh (Camellia sinensis) memiliki dua varietas, yakni varietas sinensis yang tumbuh di Cina, dan varietas assamica yang tumbuh di India.
[Cari tahu tentang resep pasta matcha di sini]
Zen dan matcha menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Minum matcha merupakan bagian dari upacara dalam tradisi zen. Perayaan apa pun dirayakan dengan matcha. Teh hijau diyakini dapat membantu memusatkan pikiran, meningkatkan kesadaran, dan menenangkan sehingga dapat membuat rang tetap berada pada kondisi meditatif.
Tercatat pada tahun 760 Masehi, Lu Yu yang hidup pada Dinasti Shennong telah menulis buku Cha Jing (The Book of Tea). Dalam buku itu tertulis Shennong menggunakan daun teh untuk membersihkan racun dalam tubuhnya (detoks). Tapi ada versi lain dari cerita tentang teh. Konon pada abad ke-8 para pendeta Buddha asal Jepang mengunjungi Cina dan membawa pulang teh.
Terlepas dari beragamnya kisah matcha, di Jepang penelitian ilmiah tentang manfaat matcha untuk kesehatan dan panjang umur terus dikembangkan. Selama berabad-abad terjadi perdebatan bahwa teh hijau dan teh hitam atau teh merah pohonnya berbeda. Nyatanya, pohon teh hanya satu. Akan menjadi matcha (bubuk teh) atau daun kering yang diseduh (teh hijau, hitam, atau merah), hanyalah soal proses.
Matcha diambil dari daun teh yang masih kuncup, dan diproses menjadi bubuk. Bubuk teh ini mengandung antioksidan 137 kali lebih banyak dibandingkan teh hijau yang diproses biasa atau dikeringkan.
Matcha mengandung catechin yang bisa meningkatkan metabolisme tubuh, membakar lemak dengan cepat, dan menurunkan kolesterol jahat. Dalam jumlah kecil pun cathecin dapat membunuh sel kanker. Pemrosesan secara khusus membuat matcha berwarna lebih hijau dari teh hijau biasa. Kandungan asam amino L-theanin dapat membantu menenangkan pikiran, mencegah timbulnya penyakit degeneratif, dan menekan aktivitas tumor.
Matcha kini menjadi tren yang mendunia. Berbagai olahan makanan dan minuman yang menggunakan matcha, seperti es krim, cookies, permen, dan cake siap menjadi pilihan.
[Mau yang segar? Lihat resep matcha latte di sini]
Foto: 123RF