Sebenarnya kalimat yang lumayan panjang di atas merupakan gabungan dari beberapa jawaban yang keluar dari mulutnya. Saya perhatikan, Marsha selalu menjawab pendek-pendek pertanyaan saya.
Nadanya pun datar saja, nyaris tanpa emosi. Sepertinya ia memang bukan tipe orang yang articulate saat bicara. Juga bukan orang yang fasih mengungkapkan pemikirannya. Tak heran bila sepintas lalu ia terkesan cuek.
Emosinya juga tak terpancing ketika sempat beredar rumor bahwa ia mendapatkan peran di film “Wiro Sableng” karena ‘KKN’. Wiro Sableng adalah tokoh rekaan Bastian Tito, yang tak lain adalah (mendiang) ayah mertuanya. Pemeran Wiro Sableng adalah suaminya sendiri, Vino G. Bastian. Sedangkan produsernya Sheila Timothy, kakak kandung Marsha.
“Saya nggak mau membebani diri dengan hal-hal seperti itu. Selama ini saya hanya menerima tawaran peran yang saya anggap menarik dan menantang, dan berusaha bermain sebaik-baiknya,” katanya, sekali ini dengan seulas senyum tipis di bibirnya.
Ini bukan kali pertama ia berkolaborasi dengan sang kakak. Sebelumnya ia sudah pernah main dalam “Pintu Terlarang” yang diproduseri Sheila.
“Saya memang cukup dekat dengan Lala (Sheila), apalagi kami terjun di bidang yang sama. Dia kakak langsung di atas saya meskipun kami beda usia tujuh tahun. Kami sering ketemuan, sekadar ngobrol sambil ngopi. Tapi untuk urusan pekerjaan, kami selalu profesional,” katanya.
Saat ini, aktingnya dalam “Marlina: Si Pembunuh dalam 4 Babak” banyak dipuji. Ia juga memenangkan beberapa penghargaan tingkat internasional, termasuk pada Sitges International Film Festival of Catalonia, Spanyol, sebagai Aktris Terbaik. Salah satu nominasi adalah Nicole Kidman.
Akting cemerlangnya tak menunjukkan kalau ia terjun ke dunia film termasuk terlambat, baru di usia 25 tahun. Namun, dalam waktu singkat kehadirannya berhasil menarik perhatian.
Setidaknya, dua kali namanya berhasil masuk nominasi sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia (2007 dan 2015) lewat film “Merah Itu Cinta” dan “Nada untuk Asa,” serta meraih Piala Maya 2015 sebagai Aktris Pemeran Utama Terpilih, juga lewat “Nada dan Asa.” Di film ini ia berperan sebagai ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/AIDS.
Ia mengaku memang pilih-pilih peran. Semakin menantang perannya, semakin passionate ia menjalaninya. Dalam Marlina, misalnya, ia dengan senang hati menjalani syuting selama tiga minggu di pedalaman Pulau Sumba yang panas dan gersang. Ia juga membawa serta putri semata wayangnya, Jizzy Pearl Bastian, 4 tahun.
“Mumpung dia belum bersekolah formal, jadi masih bisa diajak-ajak,” katanya. “Jizzy malah betah, soalnya di sana banyak kuda. Dia memang penyayang binatang.”
Foto: IG Raditya Bramantya
Pengarah gaya: Erin Metasari
Rias wajah dan rambut: Yamie
Lokasi: Jakarta Creative Hub
Busana: Kraton Auguste Soesastro