Rambut ternyata menjadi masalah krusial bagi Marsha Timothy, 38, setiap kali hendak keluar rumah.
“Rambut saya tebal, ikal, dan susah diatur. Pokoknya nyebelin,” katanya sembari tanpa sadar mengacak-acak rambutnya yang sedang ditata oleh hairstylist untuk pemotretan cover PESONA.
Untungnya, katanya lagi, ia bukan jenis wanita yang senang tampil dengan rambut tertata rapi. “Karena susah diatur, sekalian aja saya berantakin,” katanya, tersenyum, sambil memandang wajahnya di cermin.
Tapi, di mata saya, alih-alih berantakan, ia justru terlihat sungguh sensual dengan gaya rambut semi acak-acakan. Saya yang sesama perempuan saja dibuat terpesona.
Sudah tiga bulan terakhir ini hari-harinya disibukkan dengan latihan pencak silat. Marsha dan Sherina Munaf akan bermain dalam film “Wiro Sableng,” yang mulai syuting pada pertengahan Agustus 2017 di bawah arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko. Sedangkan skenarionya ditulis berdua oleh Seno Gumira Ajidarma dan Sheila Timothy.
Dalam cerita di komik-komiknya, ada dua tokoh wanita yang dekat di hati pendekar Wiro Sableng, yaitu Bunga dan Bidadari Angin Timur. Tapi saat saya wawancarai, Marsha mengaku belum boleh membocorkan siapa tokoh yang ia perankan.
“Saya bangga bisa mempelajari seni bela diri asli Indonesia. Gerakan-gerakan pencak silat sangat indah tapi powerful. Apalagi pelatih dan koreografer laganya adalah Kang Yayan dan Kang Cecep,” ungkapnya.
Nama Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman memang sudah terkenal sebagai aktor laga sekaligus pengarah laga di film. Yayan bahkan pernah tampil berlaga dalam film “Raid 2: Berandal” yang berhasil menembus Hollywood.
Marsha mengaku, meskipun gerakan-gerakan pencak silat sepintas terlihat seperti orang menari, sebetulnya ilmu bela diri ini sangat susah dipelajari, karena banyak sekali detailnya dan setiap detail harus dilakukan dengan sempurna.
Apalagi buat orang yang sebelumnya tak pernah belajar ilmu bela diri sama sekali seperti dirinya—meskipun ia rutin berlatih yoga dan pilates. Dalam sehari, ia berlatih mulai dari pukul 10 pagi sampai menjelang magrib.
“Sherina yang sudah lama berlatih wushu saja bilang, belajar pencak silat itu berat, apalagi buat saya. Bahkan untuk membuat posisi kuda-kuda yang benar saja susah banget. Waktu pertama kali berlatih, selama seminggu seluruh badan saya pegal-pegal.
“Lihat, nih, kaki dan tangan saya biru-biru. Tidak sampai cedera sih, karena safety-nya sesuai standar,” katanya sambil menunjuk lengan, betis, dan pahanya. Terlihat dua tato kecil menghiasi tangan dan betis bagian bawahnya.