
3. Meningkatkan imunitas
Para mahasiswa Wilkes University, Pennsylvania, AS, yang telah diteliti dengan melibatkan musik bertempo lambat dan menenangkan, mengalami peningkatan IgA (antibodi penting bagi sistem imunitas tubuh yang sangat berperan untuk menangkal berbagai penyakit) yang cukup signifikan.
Studi lain di Massachusetts General Hospital, Boston, mendapati bahwa mendengarkan sonata piano milik Mozart telah membantu para pasien yang kritis dengan menekan tingkat hormon stres mereka.
Musik tersebut juga menurunkan kandungan interleukin-6 dalam darah, protein yang berpengaruh terhadap risiko kematian, diabetes dan gangguan jantung.
4. Mampu memulihkan ingatan
Pada studi terkini, para pengasuh dan pasien dengan demensia secara acak diberi pelatihan bernyanyi dan mendengarkan musik, masing-masing selama 10 minggu.
Selanjutnya, tes tadi menunjukkan bahwa latihan bernyanyi dan mendengarkan musik meningkatkan mood, orientasi dan ingatan, serta kemampuan berkonsentrasi.
Berbagai kajian semacam ini kemudian memicu inisiatif untuk melibatkan musik dalam metode-metode perawatan pada pasien demensia.
5. Pendamping tepat saat latihan
Dalam studi lain, tingkat konsumsi oksigen pun diamati saat seseorang mendengarkan musik dengan tempo bervariasi di kala mereka berlatih dengan sepeda statis.
Hasilnya, ketika orang-orang yang berlatih dengan ketukan yang lebih cepat dan sinkron dengan gerakan, tubuh mereka memanfaatkan oksigen lebih efisien dibandingkan dengan mereka yang memutar musik pelan dan tidak sinkron.
Dua peneliti di bidang olahraga, Peter Terry dan Costas Karageorghis, menegaskan, “Musik memiliki peran untuk menangkap perhatian, menambah semangat, mengolah emosi, mengubah atau menstabilkan mood, membangkitkan ingatan, menekan kekakuan dan memicu gerakan-gerakan ritmis; kesemuanya penting dalam olah raga dan latihan.”