Secangkir dingin air serai dan jahe menyambut tamu hotel ini saat check in di satu dari 30 kamar yang ada di tiga lantai, yang terdiri atas enam tipe. Tiap kamar, apa pun tipenya, ditata lega dan nyaman, dengan detail kamar mandi memadukan elemen tempo dulu.
Jika Anda memesan kamar tipe Cheng Ho, Anda bisa berendam dalam bathtub terpisah dari kamar mandi. Mungkin saja ketika di Melaka abad ke-15, Laksamana ternama asal Tiongkok, Cheng Ho, sempat singgah di area yang sama.
Lain lagi dengan kamar tipe Parameswara, tipe terbesar (suite). Tipe yang diambil dari nama pangeran asal Sriwijaya yang lari ke Melaka menghindari invasi Majapahit ini luas dan memiliki teras. Teras atau sundeck ini cocok bagi Anda yang senang bermandikan matahari, yang terus ada sepanjang tahun di Melaka.
Bukan hanya kamarnya yang mengundang Anda berlama-lama di hotel—Insta-worthy, pastinya. The Courtyard, atau ruang tengah berlangit-langit tinggi dan kaca, adalah tempat Anda menikmati makan pagi. Anda juga bisa menyesap teh telang, yang berwarna biru dengan aroma mirip cincau. Camilan khas Melaka disajikan di waktu high tea, seperti popiah (lumpia goreng), dan onde-onde (kelepon).
Ketika check out, Josephine Ooi, General Manager Liu Mén Melaka, melepas kami lewat upacara kecil. Secangkir teh bunga krisan ia tuangkan untuk saya, agar saya tetap berenergi selepas meninggalkan Liu Mén Melaka. “Semoga Anda berkunjung lagi ke sini,” ujar Josephine hangat.
Sambil menginap di Liu Mén Melaka, ke mana lagi Anda bisa jalan-jalan?