Bulan Maret 2016 menjadi momen bersejarah dalam kehidupan Najwa Shihab. Bukan karena ia kembali mendapatkan penghargaan sebagai presenter favorit di beberapa ajang penganugerahan, melainkan karena Najwa menjalankan tugas baru, sebagai Duta Baca Indonesia.
Sebelum momen itu, Nana (begitu ia disapa), melalui program Mata Najwa di Metro TV, semakin dikenal dengan ketegasan serta kelugasannya. Tidak hanya itu, kecerdasannya tak perlu diragukan.
Selain itu, Najwa menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi pada stasiun televisi tersebut. Memang bukan hal yang mudah baginya, karena semua hal harus ia pantau. “Practically, I ran the whole thing,” ceritanya. Marketing, sponsor, programming, bagian teknis, hingga rapat yang bisa sampai tiga kali dalam sehari harus ia hadiri.
Selama 4,5 tahun menempati posisi tersebut, tentu berat untuk melepasnya, apalagi jalan yang ia tempuh tidak sebentar untuk sampai pada posisi itu. Sejak memulai karier di dunia jurnalisme televisi sebagai reporter, Nana banyak mengambil pelajaran dalam waktu yang panjang itu. Hingga kemudian, ia merasa sudah waktunya untuk mundur dari tim redaksi yang membesarkan namanya.
Niatnya semakin bulat karena ia merasa bersalah tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai Duta Baca Indonesia secara maksimal. Karena keterbatasan waktu dan tanggung jawab di kantor, ia tidak mudah untuk izin keluar kota menjalankan tugasnya sebagai Duta Baca.
Ketika memilih mundur dari kantor, Nana berharap bisa lebih membagi pikiran serta tenaga untuk tugasnya sebagai Duta Baca. Bagi Nana, amanah yang telah diberikan tersebut begitu penting sehingga perlu dilakuan secara maksimal. Sudah cukup rasanya mengabdi selama 17 tahun, kini saatnya mengubah bentuk pengabdiannya, “Yang saya rasa ini masih sejalan,” jelasnya.
Meski ia memutuskan keluar dari stasiun televisi tempat ia bernaung, ia masih tetap menjadi tuan rumah Mata Najwa. Dari ‘rumahnya’ tersebut, ia juga menyebarkan pesan mengenai membaca melalui salah satu episodenya, Menebar Virus Baca.
Pengalamannya yang tidak sebentar di dunia jurnalistik, memperlihatkan manfaat setelah ia mundur dari jabatannya. Ia menyinergikan kemampuan yang ia miliki di Mata Najwa, serta di segala platform media sosial yang ia miliki, untuk memberikan pengaruh terhadap followers-nya. Jam terbangnya juga membuat Nana memiliki banyak kenalan dari berbagai sektor, yang memudahkannya dalam mengajak serta mengampanyekan gerakan membaca ke audiens lebih luas.
“Tugasnya lima tahun, sudah kayak presiden aja,” ungkapnya sambil tertawa. Semakin berat, begitu yang ia rasakan. Ritme kerjanya pun berubah dalam sekejap.
Kini ia banyak melakukan traveling untuk memenuhi undangan-undangan acara yang berkaitan dengan ajakan untuk membaca. Walaupun begitu, ia mengaku bahwa jadwalnya lebih fleksibel dan ia bisa berlibur lebih panjang.
Hal ini perlu dilakukan karena sebagai Duta Baca, Nana ingin mendorong sebanyak mungkin masyarakat yang terlibat. Apalagi, tidak mudah untuk menemukan orang yang ingin berpartisipasi. Melalui kekuatannya sebagai figur publik, ia menghubungkan antara berbagai pemangku kepentingan untuk sama-sama bergerak.
Foto: IG Raditya Bramantya
Pengarah gaya: Erin Metasari
Busana: Michael Kors Collection
Rias wajah: Vivi Thalib
Tata rambut: Rolly Holmes
Lokasi: Como Park 998, Jakarta Selatan