Tak punya me-time
Mungkin Anda merasa sudah cukup bahagia dengan mendengar anak-anak tertawa bahagia, suami tersenyum puas, atasan memuji pekerjaan Anda. Namun semua waktu Anda habis terkuras untuk pekerjaan dan rumah. Anda tak pernah punya waktu untuk diri sendiri. Leonard mengatakan bahwa Anda perlu menyempatkan waktu untuk melakukan me-time, bahkan meski hanya 10 menit. Jika Anda sering membuat jadwal meeting dengan orang penting, Anda juga perlu membuat jadwal meeting dengan diri sendiri. Selalu jadwalkan waktu untuk baca buku, main game, berendam, apa pun yang membuat Anda relaks karena menikmati waktu sendirian.
Terlalu serius
Anda jungkir-balik dengan jadwal yang padat di kantor. Lalu saat pulang ke rumah masih harus mengurus suami dan anak. Jangankan untuk tertawa, tersenyum saja Anda bisa lupa. Nah, jika diteruskan, hal ini akan memicu depresi. Maka, jangan terlalu serius menghadapi hidup. Seringlah mengajak bercanda rekan kerja agar Anda bisa tertawa di sela pekerjaan, atau sepulang kerja Anda bisa menonton acara televisi yang menyajikan humor. Hal-hal yang belum selesai hari ini masih bisa dikerjakan besok, kok.
Kurang tidur
"Tidur berefek terhadap apapun," ujar Diedra L. Cla, PSyD, ketua dan associate professor dari departemen konseling dan kesehatan psikologis di Universitas Bastyr. "Keadaan emosi dan mental tidak akan beda jauh dengan kondisi tubuh. Tidur adalah cara tubuh melakukan regerenerasi dan tanpa tidur maka sistem di tubuh tidak berfungsi," tambahnya. Maka, jika Anda ingin memiliki mental yang sehat, atur waktu tidur Anda agar cukup bagi kebutuhan tubuh.
Tidak tatap muka
Zaman semakin canggih sehingga Anda sering hanya berbicara dengan orang lain lewat pesan teks, baik SMS, WhatsApp, atau inbox facebook. "Namun itu bukan percakapan murni yang mengizinkan Anda mengerti orang lain. Hal ini mengurangi pengalaman dan perasaan kita," ujar Michael Mantell, PhD, behavioral sciences coach di San Diegom California. Jadi, berapa jumlah followers twitter sangat tidak penting. Yang paling penting adalah seberepa sering Anda bertemu muka dan berinteraksi dengan teman-teman atau anggota keluarga Anda.
Tidak bisa hidup tanpa ponsel
Kapan terakhir kali Anda hidup tanpa ponsel di tangan? Tanpa Anda sadari, kebiasaan tak bisa hidup tanpa ponsel dapat mengubah hidup Anda. Pesona sudah pernah membahasnya dalam artikel Waspada Gejala Nomophobia dan Technesia, Amnesia Akibat Teknologi. Maka, jika Anda ingin menjaga kesehatan mental, coba jadwalkan untuk mematikan ponsel di akhir Minggu. Jika tak sanggup seharian, coba setengah hari saja. Hal ini akan mengurangi ketergantungan Anda pada ponsel sehingga Anda bisa menggunakan otak untuk mengingat sesuatu dan bukan mengetiknya di ponsel. Anda bisa bertemu teman dekat dan bukan menelepon atau sekadar mengirimkan WhatsApp.
Multitasking
Pesona juga sudah pernah membahas bahaya multitasking bagi Anda. Nah, solusinya juga bisa Anda baca di artikel ini: Jangan Biarkan Bahaya Multitasking Menguasai Anda. Selain mengatur waktu agar Anda menyelesaikan satu persatu pekerjaan Anda, hal yang dapat menyelamatkan kesehatan mental Anda adalah perhatikan secara detail setiap hal yang ada di sekeliling Anda. Memfokuskan pikiran hanya pada satu hal dapat membantu otak dan mental Anda terjaga kesehatannya.
Sumber: health.com