1. Tampang oke
Yap! Milenial realistis; 10 detik pertama pertemuan (langsung maupun online) pasti saling menilai tampang masing-masing. Kalau cocok, silakan. Kalau Anda pikir Anda dan dia serasi (Anda tidak terlalu cantik untuk dia, atau ia tak terlalu bersinar dibandingkan Anda), hubungan bisa lanjut.
2. Fotogenik
Ini bukan sekadar tampang. Kalau kiyut tapi tidak fotogenik alias hasil upload di Instagram kurang enak dipandang apalagi dapat 'love' yang banyak, bisa jadi Anda berpikir dua kali untuk jadi kekasihnya. Fotogenik itu tak harus super ganteng; tahu angle dan pose = penting.
3. Lingkaran pergaulan aman dan nyaman
Milenial yang senang bersosialisasi tahu kalau dunia itu sempit; ia mungkin mantan si A yang sepupu si B yang ternyata sahabat adik Anda. Nah... lingkaran pergaulan yang tidak berpotensi bikin drama tentu lebih Anda pilih, kan?
4. Selera nyambung
Kata ini bisa berarti luas; selera artistik (bisa dilihat dari postingan di media sosial, pastinya), selera berbusana (saat bertemu), hingga selera makanan dan selera bercanda. Anda tinggal menentukan, selera mana yang lebih Anda utamakan sebagai pacar.
5. Zodiak cocok
Jangan menganggap zodiak tak penting. Bagi milenial, kecocokan zodiak tak semata berdasarkan kata ramalan, tapi bisa jadi pengalaman.
Jadi, jika Sagitarius merasa hanya Aries yang bisa menaklukkannya, atau Pisces merasa Virgo adalah cinta sejatinya, bisa jadi itu berdasarkan pengalaman pribadi atau rekomendasi teman.
6. Isi dompet sesuai keinginan
Kembali lagi kepada sikap realistis milenial. Isi dompet berpengaruh, karena Anda tak mau, dong, jika bolak-balik Anda yang bayar kencan, atau justru ia terus-terusan membelikan Anda barang-barang mewah (eh, ini mungkin malah oke, ya). Isi dompet yang setara atau lebih tebal tergantung hati Anda.
7. Rencana 6 bulan ke depan kompatibel
Namanya juga cari pacar, bukan cari suami/istri. Rencana enam bulan ke depan tidak muluk-muluk; rencana liburan akhir tahun, rencana nonton konser ke Singapura atau Bangkok, sampai rencana beli mobil baru di ekshibisi otomotif. Simpel saja, kok.