Rasa bangga melambung di dada Qori kala Cocomeo, Cecemeo, Combro, Misro, Kalem, Tugit, dan Awan dinobatkan sebagai juara kategori House Hold Pet. Kategori ini didedikasikan untuk kucing lokal atau kucing yang tidak memiliki sertifikat. “Combro dan Misro itu dibuang ke tempat sampah di daerah Cengkareng, Tangerang, oleh pemiliknya. Saat ditemukan, sebagian wajah Combro sudah tertutup jamur,” ujar Qori. Setelah dirawat, bulu Combro bisa kembali cantik.
Yayasan Peduli Kucing digagas oleh Qori dan beberapa sahabat yang peduli pada kesejahteraan kucing jalanan. Berawal dari seringnya mengadakan bakti sosial steril kucing bersama, Yayasan Peduli Kucing terbentuk pada 13 Januari 2010. Visi dan misi yang sama membuat 20 orang yang terdiri atas beragam profesi ini bersatu untuk memperjuangkan kesejahteraan kucing jalanan. Dua puluh orang ini tersebar di beberapa kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Karawang, dan Tangkima, Kalimantan Timur.
Di luar tim inti, Yayasan Peduli Kucing memiliki follower yang cukup banyak di media sosial. Anggota di fanpage Facebook akun Peduli Kucing lebih dari 6.500, sedangkan akun Instagram mereka punya hampir 2.000 pengikut. Yayasan ini memanfaatkan media sosial untuk menerima pelaporan kucing yang perlu ditolong. Media sosial juga digunakan untuk melaporkan kemajuan kondisi kucing yang telah diselamatkan, penggalangan dana, juga pelaporan penggunaan donasi secara rinci.
Tetapi tak semua kucing jalanan bisa dibantu oleh Yayasan Peduli Kucing karena kucing jalanan jumlahnya sangat banyak. Kucing yang diselamatkan harus memenuhi kriteria luka dan sakit. Selain itu, kucing harus tidak berpemilik alias kucing jalanan.
Tidak seperti kebanyakan organisasi penyayang hewan, Peduli Kucing menerapkan prosedur berbeda dalam penyelamatan hewan. Si pelapor yang ingin menolong kucing harus membawa kucing yang ingin diselamatkan ke dokter hewan rekanan, dan Peduli Kucing akan menanggung seluruh biaya selama pengobatan. Setelah sembuh, si kucing akan dicarikan pengadopsi yang betul-betul menyayanginya.
Mengapa Peduli Kucing tidak menggerakkan anggotanya untuk langsung menyelamatkan kucing? “Kami ingin agar orang-orang di luar anggota kami belajar untuk peduli pada kucing jalanan. Dengan melakukan penyelamatan sendiri, maka rasa peduli mereka akan meningkat,” jelas Qori.
Sikap peduli kucing perlu dipupuk sejak usia kanak-kanak. Untuk itu, yayasan ini membuat program Peduli Kucing Sejak Dini. Melalui program ini, Peduli Kucing mengunjungi Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Yayasan Yatim Piatu untuk membentuk generasi yang ramah satwa.
Proses edukasi tak hanya berhenti pada anak-anak. Pada tahun 2013 Peduli Kucing menerbitkan buku berjudul “Berbagi Kisah Terindah Bersama Si Meong” yang berisi kisah-kisah penyelamatan kucing. Bekerja sama dengan sebuah brand pakan kucing, seluruh royalti didonasikan untuk biaya operasional yayasan ini. Kerja sama dengan perusahaan pakan ini juga dilakukan dalam bentuk pembuatan kalender sejak 2010.
Sejak awal berdirinya yayasan ini, Qori dan kawan-kawan bertekad tidak mengandalkan donasi dari perorangan, melainkan lebih fokus pada penggalangan dana CSR perusahaan.
Menyayangi hewan tidak hanya berdampak pada kesejahteraan hewan. Penyayang hewan juga bisa merasakan manfaatnya, seperti yang dirasakan oleh Rury Kartikasari, salah seorang anggota Peduli Kucing. “Menyayangi kucing itu membuat saya menjadi orang yang lebih ikhlas. Kalau menolong sesama manusia kita, mengharapkan ucapan terima kasih. Kalau menolong kucing, kita tidak mengharapkan apa-apa.”
Pengarah gaya: Erin Metasari
Foto: Previan F. Pangalila