Abisatya Sarasati bekerja sama dengan sanggar tari Padneçwara menggelar pertunjukan tari berkonsep Opera Jawa Klasik. “Kidung Dandaka” merupakan karya maestro tari Retno Maruti, Sulistyo Tirtokusumo dan Sentot S.
Pementasan ini mengangkat kisah Ramayana yang disadur dari buku “Anak Bajang Menggiring Angin” karya RM Sindhunata. Ceritanya tentang Rama dan Sinta yang harus menjalani pembuangan di hutan selama 13 tahun. Semua berawal dari kemenangan Rama dalam sayembara Mantili yang membawanya pada kesengsaraan. Berbagai cobaan dan derita terus datang pada Rama sampai ia harus berpisah dengan Sinta.
‘Nama besar’ pasangan legendaris Rama-Sinta memang masih bergaung hingga kini, namun kisah mereka sepertinya sudah memudar dalam benak masyarakat. Cerita lama, yang dihadirkan kembali dalam bentuk baru, menjadi cara alternatif yang digunakan penggiat seni dan budaya untuk mengangkat kembali karya-karya klasik. Kidung Dandakan ini adalah salah satunya.
Sebagai wujud apresiasi terhadap seni tari tradisi Indonesia, Kidung Dandaka menjadi persembahan untuk melestarikan seni tari Jawa klasik. Harapannya, Kidung Dandaka dapat menjadi tontonan masyarakat masa kini yang bukan saja memikat, namun mampu menggerakkan hati para penontonnya untuk mengambil bagian dalam menjaga seni tradisional Indonesia. Pementasan akan berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, 22-23 April 2016 pukul 19.00 WIB. Beberapa penari dan pengrawit dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dan Yogyakarta, serta Institut Kesenian Jakarta (IKJ) juga akan terlibat dalam pergelaran ini.
[Delapan buku best seller ini akan dijadikan film tahun ini]
Foto: Abisatya Sarasati