Kisah klasik, yang ditampilkan dalam bentuk tari-tarian indah, begitu menggugah memori lama tentang cinta segi tiga Rama-Sinta-Rahwana yang tragis.
Pertunjukan yang diselenggarakan oleh perkumpulan Abisatya Sarasati ini dibuka dengan Tari Catur Sagotro karya Sulistyo Tirtokusumo. Tarian ini mencoba menggabungkan gaya tari dan gending empat keraton yang berasal dari satu dinasti Kerajaan Mataram, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran, dan Puro Pakualaman. Sepuluh penari wanita membawakan karya Tirtokusumo dengan gemulai.
Layar kembali menutup dan narator membacakan prolog cerita. Kemenangan Rama (Agus Prasetya), putra Raja Dasarata (Wahyu Santosa Prabawa) dari Ayodya, atas sayembara mantili, menyatukan Rama dengan Sinta (Ruri Nostalgia) dalam pernikahan, tapi ujian muncul setelah itu. Janji Raja Dasarata menurunkan takhtanya pada Barata membuatnya tak bisa mengangkat Rama menjadi Raja. Rama-Sinta pun memutuskan untuk tinggal bersama di rimba Dandaka, bersama Laksmana (Irwan Dharmasto), adik kandung Rama.
Suatu waktu, Sinta tertarik akan kemuculan seekor kijang kencana. Rama pun pergi berupaya menangkapnya. Tak lama, Sinta mendengar suara kesakitan. Sinta pun meminta Laksmana menolong Rama yang dikiranya terluka. Laksmana sadar kalau yang didengar Sinta bukanlah suara Rama, melainkan tipu daya kroni-kroni Rahwana sang Dasamuka (Mahesani Tanjung Seto). Ketika kembali, Sinta telah raib, diculik Rahwana dan disekap di Taman Asoka.
Sekadar pengingat, dalam kisah Ramayana Rahwana pernah jatuh cinta pada seorang pertapa wanita bernama Widawati. Ia menolak pinangan Rahwana karena hatinya telah tertambat pada Dewa Wisnu. Rahwana berupaya melarikannya, tapi Widawati malah bersumpah akan lahir kembali sebagai penyebab kematian Rahwana. Dan begitulah, Sinta lahir sebagai reinkarnasi Widawati, lengkap dengan paras jelitanya yang menandingi kecantikan para dewi.