Tessa Tambunan, 43, mendapat inspirasi berguna saat berwisata ke Inggris. Kala itu, ia menyadari bahwa, meski sebagian properti masih ditinggali oleh keluarga kerajaan, beberapa istana sengaja dibuka untuk umum sebagai tempat wisata. Hal itu dilakukan untuk menutupi biaya pemeliharaan yang mahal. Tessa menilai hal itu sebagai sebuah kreativitas dan sikap yang realistis.
Berangkat dari situ, sejak warisan properti milik keluarga Fridolin Binsar Tambunan di Jalan Subang No.14, Jakarta Pusat, jatuh ke tangan generasi ketiga pada 2012, Tessa memakai metode serupa sebagai solusi pembiayaan maintenance. Rumah pun disewakan, meski sehari-hari tetap ditinggali sang adik, David Tambunan.
Sempat berkarier belasan tahun di korporasi besar dan BUMN, Tessa melihat adanya kebutuhan dari kelas menengah terhadap sebuah tempat private di lokasi strategis. Tempat macam itu dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti meeting, workshop, press conference, alumni gathering dengan biaya terjangkau.
“Saya sendiri sempat mengalami—ingin meeting untuk urusan pribadi dan membutuhkan ruang meeting lengkap dengan fasilitasnya, tapi tidak bisa pinjam fasilitas kantor,” kenang Tessa. Akhirnya, Tessa memoles rumah tersebut menjadi Rumah Menteng, rumah multifungsi dengan tagline For Your Meeting and Mini-Gathering.