
Sejarah mengajarkan pria menangis
Tak ada yang salah dengan pria yang menangis. Saya tahu benar hal ini. Tapi bagi seorang pria, terlihat menangis di depan orang banyak dianggap aneh, bahkan hingga saat ini. Apakah seorang pria memang tak boleh menangis? Apakah ada catatan sejarah yang mengajarkan bahwa pria pantang menangis?
Penasaran, saya pun melakukan riset sederhana. Ternyata, manuskrip yang mencatat kisah pria menangis sudah ada sejak zaman dulu. Dalam peradaban Yunani Kuno, ada Odysseus. Pendekar yang terkenal tangguh ini merana karena kehilangan orang yang dicintai, rumah, serta rekan seperjuangan.
Di era tersebut, pantang bagi seorang pria untuk menangis, apalagi bagi seorang pahlawan besar seperti Odysseus. Ia pun sekuat tenaga menyembunyikan air matanya dari orang-orang terdekatnya, namun mencari waktu yang tepat untuk menangis sendirian.
Jepang dan Eropa di abad pertengahan melahirkan cerita tentang pria yang menangis. Simak cerita tentang Beowolf (Inggris) atau The Tale of Heiki (Jepang). Karakter pria dalam cerita itu menangis karena hal-hal yang bersifat spiritual, atau saat menghadapi kematian teman dekat. Para prajurit menangis karena peliknya masalah perang, ambisi perdamaian, atau cita-cita yang sulit mereka raih.
Sementara—katanya—wanita lebih banyak menangisi hubungan romantis dan platonis, jenis kesedihan yang melibatkan rasa kesepian atau frustrasi.
Di era Victoria, ketika seni dan karya sastra mulai jadi budaya populer, banyak ditampilkan pria-pria sentimental. Air mata tidak lagi hanya cocok dikucurkan oleh kaum wanita. Pria pun sudah ‘diperbolehkan’ menangis.
Ironisnya, para pria lalu menjadikan air mata sebagai senjata ampuh untuk meluluhkan hati kaum wanita. Air mata dipandang sebagai bukti ketulusan, kejujuran dan integritas seorang pria. Namun, ketika makin banyak kaum pria menggunakanya untuk kepentingan pribadi, air mata menjadi manipulatif.
Ketika abad ke-20 menjelang, menangis bagi kaum pria justru berubah lagi menjadi hal yang tabu. Budaya pria menangis memang terus mengalami proses evolusi. Mungkin masih banyak pria yang mempertahankan tradisi pria tidak boleh menangis.
Namun dengan menitikkan air mata, sebetulnya pria sedang menjaga hubungan baik dengan dirinya sendiri. Jika tidak dikeluarkan, energi negatif hasil tumpukan emosi akan tertahan di dalam tubuh, sehingga mengganggu fungsi semua organ tubuh.
Masih menganggap pria yang menangis adalah pria cengeng? Kuno, ah.…
*bukan nama sebenarnya