Sejak tayang perdana di kanal YouTube tanggal 17 Agustus 2020, film "Tilik" sukses merajai perbincangan berbagai grup chat di Tanah Air.
Film pendek produksi Ravacana Films tahun 2018 ini menjadi viral, serta tentu saja mengundang pro-kontra.
Disutradarai Wahyu Agung Prasetyo berdasarkan skenario Bagus Sumartono, film "Tilik" yang artinya menjenguk, sepenuhnya dalam Bahasa Jawa. Dengan setting di provinsi DI Yogyakarta ala road movie, film yang menampilkan kearifan lokal ini, menurut saya, sukses membuat saya menertawakan diri sendiri.
Jika Anda belum menonton (bisa jadi Anda anti mainstream, ha ha), film 32 menit ini berkisah tentang perjalanan sekelompok ibu-ibu dari desa ke kota untuk menjenguk Bu Lurah yang sakit.
Karena berangkatnya dadakan, mereka batal naik bus tapi ramai-ramai naik di bak truk. Aneh? Ternyata tidak, tuh. Menurut dua mbak/ART saya yang menonton "Tilik," naik bak truk (carteran) ramai-ramai biasa dilakukan karena ongkosnya lebih murah. Kadang ditaruh kursi, kadang berpegangan pada tambang yang diikat (seperti dalam "Tilik").
Sepanjang jalan, ibu-ibu itu nngerumpi, diprovokasi oleh Bu Tejo (Siti Fauziah), yang lihai melempar umpan atas nama informasi terkini di internet, termasuk menyentil tersirat dan tersurat kalau internet harus dipakai secara cerdas.
Topik yang dilempar Bu Tejo adalah Dian (walau dari lafalnya lebih tepat Diyan, he he), wanita muda single yang mungkin berprofesi 'tidak benar' karena punya barang mahal padahal pekerjaan tak jelas. Latar belakang keluarga Dian pun ikut diungkit-ungkit, termasuk kedekatannya dengan Fikri, putra Bu Lurah.
Adalah Yu Ning (Briliana Desy) yang meng-counter omongan Bu Tejo, salah satunya karena ia saudara jauh Dian, dan Yu Ning-lah yang berinisiatif mengajak rombongan itu menjenguk Bu Lurah.
Lalu ada Bu Tri (Angeline Rizky) yang mengiyakan segala omongan Bu Tejo, dan Yu Sam (Dyah Mulani), yang kadang pro Yu Ning, kadang pro Bu Tejo. Sisanya, lebih sebagai penggembira ikut arus.
Gibah atau pergunjingan itu menjadi kekuatan "Tilik" karena setiap manusia punya kecenderungan untuk bergunjing. Tak mau main stereotip, tapi wanita lebih suka bergibah, sih (ayo ngaku...). "Tilik" juga menyelipkan unsur komedi di sana-sini, termasuk ketika truk mereka dihentikan polisi.
Dan Bu Tejo memang tukang gibah tingkat tinggi; ia bisa melempar umpan, memanas-manasi situasi, namun akhirnya jejaknya tak tercium. Lebih menarik karena ditampilkan dalam Bahasa Jawa (didominasi Ngoko atau sehari-hari), dan dengan subtitle yang cair dan pas.
Film "Tilik" meraih Piala Maya 2018 sebagai Film Pendek Terpilih, dan sempat diputar di Belanda dalam World Cinema Amsterdam 2019. Jarang-jarang, kan, film pendek nasional bisa jadi viral, dengan cerita yang sangat dekat dengan keseharian alias mengangkat kearifan lokal.
Dengan kekuatan akar rumput (forward terus lewat grup chat, he he), tak lama lagi "Tilik" bisa menembus 10 juta views di YouTube.
Foto: Ravacana Films