
Namanya unik, mudah diingat. Begitu disebut Lola, sebagian besar orang akan paham yang dimaksud adalah Lola Amaria—aktris, sutradara, juga produser film.
Mengikuti pemotretan cover bersama Lola sangat menyenangkan. Gerakan yang diarahkan fotografer dan pengarah gaya dengan luwes diikuti Lola. Tentu saja karena Sarjana jurusan Public Relations dari STIKOM InterStudi ini memulai karier sebagai model. Ia Pemenang Busana Nasional Wajah Femina 1997.
Sejak saat itu kariernya berkembang dimulai menjadi aktris sinetron, kemudian beranjak ke film. Ia pun mantap memilih jalur di balik layar sebagai produser dan sutradara film sejak 2004.
Padahal dulu Lola bercita-cita menjadi seorang diplomat. Cita-cita itu muncul karena saat kecil ia melihat keluarga sahabatnya yang sering ke luar negeri. “Saya punya teman yang bapaknya diplomat, sering ke luar negeri. Langsung, deh, saya ingin jadi diplomat, supaya bisa ke luar negeri, ha ha ha,” kenang pemeran Tinung di film Ca-Bau-Kan ini.
Seiring perjalanan waktu, Lola pun melupakan impian masa kecilnya itu. Ia sadar bahwa banyak cara yang bisa ditempuh untuk ke luar negeri. “Ternyata nggak cuma diplomat yang bisa ke luar negeri. Sutradara pun kalau diundang festival bisa ke luar negeri. Makanya ketika gagal jadi diplomat, saya bisa ke luar negeri sebagai sutradara dengan membawa karya,” kata Lola.
Ketika punya suatu keinginan, Lola adalah tipe orang yang terus mengejarnya hingga dapat. Dari kedua orang tuanya, Lola belajar bahwa kesuksesan selalu berbanding lurus dengan kerja keras. “Saya bukan dari keluarga kaya raya. Papa saya pengusaha furnitur, mama saya ibu rumah tangga. Kami dididik dengan kesederhanaan dan kejujuran,” kata anak ketiga dari sembilan bersaudara ini.
Saat menginginkan sesuatu, Lola dan saudara-saudaranya harus terlebih dulu menunjukkan prestasi. “Misalnya mau sepatu baru, nilai ulangan harus bagus. Kalau ingin punya sepeda, ya harus ranking sekian. Jadi nggak terbiasa dapat dengan gampang.
Walaupun kedengarannya sangat simpel, itu terbawa sampai sekarang. “Saya punya fighting spirit yang sangat kuat. Kalau saya mau A, saya harus dapat. Nggak tahu gimana caranya. Bukannya minta, bukannya dikasih,” kisah Lola.
Keteguhan Lola jugalah yang membuatnya terus bertahan di industri film. Film pertamanya yang berjudul Betina terwujud atas dana yang ia kumpulkan sendiri. Ia menyebutnya sebagai proyek idealis.
Busana: Friederich Herman