![](https://www.pesona.co.id/img/images/Sarseh%201.jpg)
Gelak tawa tak putus-putus di sepanjang pemotretan cover Pesona di sebuah studio di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Sembari berpose sesuai arahan fotografer, Sarah Sechan, sibuk menggoda sang fotografer dengan menampilkan ekspresi dan komentar-komentar jenaka. “Sekarang kita gantian, yuk. Kamu yang jadi model, gue yang motret. Kamu akan tahu betapa susahnya melakukan gerakan yang kamu minta itu,” ujar Sarah sambil membelalakkan matanya dengan gaya jenaka.
Begitulah Sarah. Di depan dan di belakang kamera, gaya dan perangai perempuan 41 tahun ini sama saja—spontan, lucu, menghibur. Aura pengantin baru juga tak dapat disembunyikan dari wajahnya yang berbinar bahagia. Pada 6 Maret 2015 lalu di Los Angeles, Sarah resmi menikah dengan Neil G. Furuno, pria keturunan Jepang kelahiran Amerika Serikat yang berprofesi sebagai chiropractor di Jakarta.
Nama Sarah Sechan berkibar di tahun 90-an sebagai VJ (video jockey) MTV Indonesia, tak lama setelah ia dan keluarganya kembali ke Tanah Air setelah lama tinggal di New York. Sebelumnya, wanita berdarah Sunda kelahiran Bandung, 9 Mei 1974, ini sempat menjajal karier sebagai model remaja bersama adiknya Ade Fitria Sechan. Setelah era MTV meredup, namanya pun ikut meredup, meskipun sebenarnya ia terus berkarier di dunia hiburan, antara lain menjadi host di bebera pa acara TV dan tampil sebagai cameo di sejumlah film layar lebar. Tak lama setelah itu, perkawinan pertamanya bubar setelah dikaruniai seorang putra bernama Rajata (11 tahun).
Namanya kembali melejit setelah ia menjadi host sebuah talk show televisi bertajuk namanya sendiri, Sarah Sechan, yang tayang di NET TV sejak 2014. “Memiliki talk show sendiri adalah idaman saya sejak lama,” katanya. Meskipun mengagumi gaya dan idealisme yang diusung Oprah, Ellen deGeneres, dan Andy Noya (Kick Andy), ia tak ingin talk show-nya dikait-kaitkan dengan ketiga talk show terkenal tersebut.
“Inspirasi boleh saja didapat dari sana-sini, tapi talk show saya tetap beda, dong. Kalaupun ada persamaan, kami sama-sama mengusung semangat positif agar bisa memberi inspirasi hal-hal yang baik kepada orang lain. Yang pasti, tak akan pernah ada unsur SARA, provokasi, atau menghina-hina apa pun dan siapa pun.”
Kalau bicara dengan Sarah, mana yang serius dan mana yang bercanda kadang memang sulit dibedakan. “Hobi saya beberes rumah, dorong-dorong lemari, dandanin kamar. Maklum, kamar di rumah saya ada 25, kolam renang 7, lapangan basket 3, lapangan tenis 1,” katanya saat sedang dirias. Di saat lain dia bilang, “Sebisa mungkin saya menyiapkan sendiri sarapan dan makan malam buat Rajata dan Neil. Masak yang gampang-gampang aja, sih, seperti nasi kuning, garang asem.…”
Tapi uniknya, tidak sepatah pun istilah-istilah alay—yang kini banyak digunakan para selebriti—keluar dari mulutnya, apalagi ikut-ikutan bergaya latah. “Sekalipun sedang bercanda, sebisa mungkin saya menggunakan bahasa yang baik—Indonesia maupun Inggris— di talk show maupun di rumah. Dulu waktu masih remaja, saya memang pernah ikut-ikutan menggunakan bahasa gaul, tapi sekarang tidak mau lagi. Bahasa gaul yang saya kenal stuck di tahun 90-an,” katanya tertawa. Ia meyakini, tanpa menggunakan bahasa gaul pun sebuah talk show bisa tetap renyah dan menarik.
Kadang-kadang anaknya bertanya kepadanya tentang arti beberapa kata alay. Sarah pun akan menjelaskan, tapi ia menegaskan agar anaknya tidak ikut-ikutan menggunakan bahasa seperti itu. Kendati begitu, ia pernah kecolongan juga, dan itu justru berasal dari suaminya sendiri. “Suatu hari saya bilang sesuatu kepada Neil dan dia menjawab, ‘Ya iyalah, cumi….’ Huuahh…saya hampir pingsan karena kaget, ha ha ha.… Rupanya dia diajari oleh teman-teman di tempat kerjanya. Sampai sekarang, kalimat itu menjadi bahan candaan di antara kami berdua.”
Foto: Hendra Kusuma
Pengarah gaya: Erin Metasari
Busana: Michael Michael Kors
Rias wajah: Ira Sumardi
Tata rambut: Bhuto
Selanjutnya: Prioritas Hidup Sarah Sechan