Selamat bergabung di klub para penggemar superhero Marvel yang masih sulit move on dari ending "Avengers: Infinity War." Tak heran jika sekuel "Ant-Man," "Ant-Man and the Wasp," seperti setitik air untuk dahaga, tapi juga bisa jadi debu terlupakan.
Film ini sendiri melanjutkan cerita "Captain America: Civil War," ketika Scott Lang alias Ant-Man (Paul Rudd) membantu tim Captain America melawan tim Iron Man.
Akibatnya, Scott Lang menjadi tahanan rumah FBI. Sambil berusaha tidak melewati batas yang diperbolehkan, ia menjalankan bisnis keamanan bersama rekannya, si bawel Luis (Michael Peña, dalam akting yang sangat menghibur), dan dua rekan mantan kriminal lain, Dave (T.I) dan Kurt (David Dastmalchian).
Ketika Scott merasa bermimpi bertemu Janet (Michelle Pfeiffer), istri Hank Pym (Michael Douglas), pencipta kostum Ant-Man dan segala teknologinya, ia menghubungi Hank. Hank dan putrinya, Hope Van Dyne (Evangeline Lilly), bertekad menemukan Janet.
Hank berharap Janet masih hidup setelah menghilang di ruang hampa kuantum, demi menghentikan laju bom saat masih berduet dengan suaminya sebagai Ant-Man dan Wasp.
Scott yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Hank dan Hope akhirnya bertemu kembali, karena selama ini Hank dan Hope juga bersembunyi dari FBI, karena mereka dianggap membantu Scott. Scott juga menemukan fakta bahwa Hope telah menjadi Wasp, dengan kostum lebih canggih, dan kemampuan bertempur keren.
Ketiganya kemudian bekerja sama untuk menemukan Janet, yang informasinya tersambung dengan pikiran Scott. Untuk itu, Hank dan Hope telah membangun terowongan kuantum dalam gedung terbengkalai, yang dengan teknologi canggih ciptaan Hank bisa dibesarkecilkan ala koper.
Tentu saja bukan superhero jika tidak ada tokoh jahat; namun kali ini penjahatnya lebih simpel. Ada Sonny Burch (Walton Goggins), kriminal yang selama ini menyediakan suku cadang dari pasar gelap untuk Hank dan Hope.
Ada pula Ghost alias Ava (Hannah John-Kamen), yang hidup antardimensi akibat terpapar ledakan teknologi kuantum, serta Bill Foster (Laurence Fishburne), mantan mitra Hank di S.H.I.E.L.D.
Sama seperti "Ant-Man," Peyton Reed kembali jadi sutradara. Ia tak segan menambahkan porsi humor; baik humor ala ayah-anak hingga humor yang membuat seisi bioskop terbahak-bahak.
Bagi sebagian orang, adegan orang dan benda sebentar besar sebentar kecil sebentar raksasa mungkin sedikit melelahkan. Namun adegan Ant-Man menjadi raksasa dan menjadikan truk sebagai skateboard menurut saya, dan putri saya yang ABG, cukup jenius karena kocak dan mengena.
Film ini juga menampilkan Wasp sebagai superhero baru Marvel, yang bukan sekadar sidekick Ant-Man. Evangeline Lilly yang berusia 39 tahun berhasil memerankan Hope alias Wasp yang tangguh namun tetap feminin.
Menonton film superhero atau fantasi memang tak boleh terlalu memakai logika, kecuali logika ala komik. Tentu saja Anda bakal penasaran, bagaimana Janet bisa bertahan di alam sub-atom selama puluhan tahun (dan tetap cantik + waras), juga bagaimana gedung bertingkat bisa bolak-balik dibesarkecilkan.
Yang menjadi catatan adalah "Ant-Man and the Wasp" dirilis setelah gegap-gempita "Black Panther" dan "Avengers: Infinity War" (plus "Deadpool 2"). Dengan cerita sederhana, penjahat manusiawi, dan setting (di San Francisco) yang lebih simpel, film ini tak ubahnya David dibandingkan Goliath dari Marvel Studios.
Namun adegan di tengah akreditasi yang berhubungan dengan ending "Infinity War" memberi harapan bahwa Scott Lang mungkin bakal jadi superhero untuk para Avengers yang telah jadi debu intan di film "Avengers 4" tahun depan. Fingers crossed.
Foto: Marvel Studios