Berawal dari sebuah laptop dan akses internet sewaktu kecil, ketertarikan Ollie di dunia digital mulai tumbuh.
Saat Ollie berusia 13 tahun, teman-temannya belum ada yang memiliki komputer, tetapi Ollie sudah dibelikan laptop oleh sang ayah. Tak hanya latop, ia juga mendapat akses internet. Dari situ Ollie mulai belajar browsing dan mulai chatting dengan teman-teman dari berbagai negara. Ia jadi tahu, anak-anak Indonesia di luar negeri sudah mulai jago membuat website. Karena teman-temannya tidak mau mengajari, Ollie terpaksa belajar membuat website secara autodidak. Menamatkan SD dan SMP di Banjarmasin, saat SMA Ollie pindah ke Bengkulu. Di SMA itu ia mulai membuatkan website untuk guru dan teman-temannya. “Saya hanya dibayar makan siang or something like that,” kenangnya.
Ollie kemudian pindah ke Jakarta setelah diterima di Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Dalam satu kelas, komposisi mahasiswi hanya 20%. Meski didominasi laki-laki, Ollie tetap aktif berkumpul bersama teman-temannya, menghadiri berbagai seminar dan mengerjakan proyek-proyek bersama. “Saya juga berpikir bagaimana caranya menghasilkan uang. Saya lalu bergabung di tempat kursus Nurul Fikri, mengajar web, HTML, dan PHP ,” jelasnya.
Lulus kuliah, ia bekerja di sebuah perusahaan dan menjadi web developer. Namun ia merasa memiliki passion lain yakni di bidang literasi. Tahun 2007 ia resign dari perusahaan itu dan membangun kutukutubuku.com (toko buku online). Sambil membesarkan kutukutubuku.com ia juga menulis buku. Kini buku yang ditulisnya berjumlah 28, ditambah dua buku biografi yang akan segera terbit. “Menulis buku semakin lama semakin mudah buat saya, jadi saya menantang diri sendiri untuk menulis biografi,” kata Ollie.
Meski telah berpengalaman menulis buku dan diterbitkan beberapa penerbit mainstream, Ollie pernah mengalami bukunya yang ke-16 ditolak penerbit. Itu yang melatarbelakangi Ollie mendirikan nulisbuku.com pada 2011. Website ini memberi kesempatan kepada siapa pun untuk menerbitkan bukunya sendiri (self-publishing). Sistem cetaknya pun menggunakan print on demand, sehingga buku dicetak sesuai pesanan, tidak langsung sekaligus 3.000 eksemplar, seperti penerbit konvensional pada umumnya.
Dalam perjalanannya, Ollie menutup kutukutubuku.com pada Februari 2016. “Saya merasa industrinya tidak berkembang secara umum.” Tak berhenti di situ, ia malah membangun Zetta Media, yang membawahi 11 portal sekaligus. Sistemnya user-generated content, yakni isi portal ditulis oleh pengguna. Kini Zetta Media telah memiliki 2.500-an penulis. Salah satu penulis yang aktif adalah Ligwina Hananto.
Ollie pun aktif sebagai salah satu inisiator komunitas #StartupLokal (meski baru bergabung di pertemuan ketiga). Bersama Anantya Van Bronckhorst, ia mendirikan Girls in Tech Indonesia, yang mendapat sponsor setahun penuh dari Facebook untuk berbagai kegiatannya, terutama kampanye dengan hashtag #WhyNot. “Ingin jadi entrepreneur? Jawabannya #WhyNot,” ujarnya.
Ollie adalah salah satu entrepreneur yang di-highlight Facebook dalam kampanye She Means Business.
Ollie juga pernah diundang Facebook untuk menjadi pembicara di Singapura, di hadapan karyawan Facebook se-Asia-Pasifik. “Ternyata saya malah diminta bicara tentang meditasi. Tahun lalu saya diundang ke Portugal untuk bicara tentang search inside yourself. Rupanya, buat mereka yang terpenting bagi bisnis itu diri sendiri manusianya,” kata Ollie.
Foto: Denny Herliyanso
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah
Rias wajah dan rambut: Inez Fabiola