Bahagia itu sederhana: Berkumpul, beraktivitas bersama, dan memberi manfaat bagi sesama seperti di Komunitas Yoga Laia ini
Banyak cara untuk mendapatkan kembali kebahagiaan. Memberi manfaat bagi sesama, adalah salah satunya. Cara inilah yang dipilih oleh anggota komunitas Yoga Laia untuk mendapatkan kembali kegembiraan mereka, sekaligus melepas penat. “Laia berarti istirahat,” ujar Nicola, anggota komunitas. Hari itu hari Sabtu pagi. Sekitar 10 orang wanita dalam rentang usia 30 tahun ke atas berkumpul untuk melakukan yoga bersama. Dipandu oleh seorang instruktur, Rudolf, semangat mereka boleh diacungi jempol
“Kira-kira dua tahun lalu saya dan Rudolf yang sudah saling kenal di sebuah gym, berniat mengajak teman kami masing-masing untuk berkumpul dan yoga bersama,” ujar Yetty Yustiati berkisah tentang awal mula terbentuknya komunitas ini. “Akhirnya terkumpullah kami ini, dari mengajak teman, teman mengajak teman, dan seterusnya. Hari Sabtu pagi kami pilih karena inilah waktu yang paling enak buat ngumpul.” Tak heran bila anggota ini terdiri atas berbagai usia dan beragam profesi.
Seiring berjalannya waktu, tak hanya yoga bersama, komunitas kecil ini juga melakukan aktivitas lain bersama. Makan-makan bersama, mengunjungi anak-anak berkebutuhan khusus, dan membahas buku. “Suatu hari kami membahas sebuah buku tentang Rembang dan Lasem. Rembang dan Lasem adalah kota yang menarik untuk diulik baik dari segi arsitektur maupun budayanya. Sayang sekali kalau hal ini tidak saya bagikan kepada teman-teman di sini,” ujar Priscillia Epifania, yang akrab disapa Nia, dari Jaringan Jelajah Indonesia.
Hari itu, acara yoga bersama diakhiri dengan halal bihalal. “Setelah Lebaran, baru kali ini kami bisa ngumpul lagi sebanyak ini,” cerita Nicola. Hmmm… khas wanita: Kumpul-kumpul, makanmakan, bertukar info, dan…. gelar dagangan!
Yetty pagi itu membawa hasil desainnya; blus lurik dikombinasi tenun dari Timor Barat (Kupang dan Amanuban), Flores, Dayak, dan Baduy. Sementara Nicola membawa minuman sehat buatannya; beras kencur, kunyit asam, jahe merah, dan jus (susu) almond. Nia dengan bangga memajang buku yang ia kerjakan bersama timnya. Hidangan sarapan setelah yoga pagi itu adalah menu sehat berbahan dasar organik dari restoran Warung Kebunku—lokasi tempat mereka yoga bersama.
Tak ada sisa makanan terbuang, semua dipesan dalam jumlah yang pas. Saya setuju, hidup sehat bisa dimulai dari komunitas kecil.
[Baca juga tentang laughter yoga: menolong dengan tawa]
Foto: Previan F. Pangalila
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah