Glenn dibesarkan di Ibu Kota, tepatnya di kawasan Jakarta Selatan. Label bahwa orang Indonesia Timur sulit diajak ngobrol dan identik dengan kekerasan juga pernah melekat pada dirinya, dan itu memengaruhi dirinya dalam memandang orang-orang dari Timur. Baru setelah ia mengunjungi Maluku dan berinteraksi dengan orang-orang setempat, pandangannya berubah total.
Ia menemukan masyarakat yang ramah dan lembut. Setelah membuat film “Beta Maluku,” ia mulai rutin bertemu orang-orang dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Bali, dan Toraja, untuk menghadiri festival seni atau merencanakan kolaborasi.
Saat ini Glenn juga tengah sibuk menulis lagu untuk soundtrack film “Filosofi Kopi 2,” setelah tahun lalu menulis lagu untuk film Surat dari Praha (yang juga diproduserinya). Ia juga masih fokus mengelola musikbagus.com yang mewadahi penyanyi pendatang baru, seperti Yura dan Gilbert Pohan, untuk memiliki album dan menjualnya via situs tersebut.
Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kisah cintanya? Masihkah si Ambon Manise ini betah menduda? Glenn tertawa. “Kalau ditanya tentang mencari pasangan seperti apa, saya tidak mau menyebutnya ‘mencari’. Ada kesan arogansi di situ. Mengalir saja. Saya tidak mau membatasi diri dengan siapa saya bertemu. Tapi saya suka perempuan-perempuan yang memiliki kepribadian dan cara berpikir yang konstruktif.
“Setiap elemen pekerjaan yang saya lakukan berawal dari ketertarikan saya pada kelembutan perempuan. Perempuan yang punya sikap—yang tahu kapan harus menjadi pasangan, sahabat, teman diskusi, bahkan bisa mendebat dan mengkritik saya.”
[Baca juga tentang nostalgia Marcell Siahaan]
Foto: Previan F. Pangalila
Pengarah gaya: Nabila Kariza