Dalam upaya mendapatkan kefir, Blandov mengirim gadis cantik, Irina Shakarova, ke Pegunungan Kaukasus. Misinya mendekati Bakhorov dan membujuknya untuk memberikan bibit kefir.
Meski berhasil memikat, rupanya Shakarova gagal membujuk Bakhorov untuk memberikan bibit kefir. Bakhorov tak ingin khasiat kefir hilang karena ia memberikannya kepada orang asing. Shakarova pun kembali pulang. Dan saat itulah ia diculik.
Di zaman modern, produksi minuman kefir sesungguhnya sederhana. Dr. Ir Inggrid S Surono, MSc., dari Balai Pengkajian Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menjelaskan, “Susu difermentasi oleh bijih kefir dalam suhu ruangan. Susu yang digunakan bisa susu sapi, kambing, domba, dan unta.”
Butuh sekitar 36 jam untuk fermentasi, sebelum gumpalan (dadih) terpisah dari air,” jelas Cece. Baik dadih maupun air kefir dapat langsung dikonsumsi. Selain itu, lanjut Cece, “gumpalan (bakteri di dalamnya), jika diberi makan (susu) bisa digunakan untuk pembuatan kefir lagi. Begitu seterusnya.” Sekilas terdengar mudah. Namun, di Eropa pada 1900-an, tak ada yang memiliki bibit kefir selain Bakhorov dan rakyatnya.
Upaya-upaya membebaskan Shakarova pun dilakukan oleh para dokter Rusia. Mereka pun membawa kasus itu ke hadapan Czar yang berkuasa, yang kemudian menyeret Bakhorov ke pengadilan. Terhadap penculikan Shakarova, Bakhorov dinyatakan bersalah. Sebagai ganti rugi, Shakarova meminta sesuatu yang menjadi misinya.Bakteri-bakteri itu berperan dalam pembentukan polisakarida, asam yang berperan penting dalam sistem imun tubuh.
Pada 1908, Shakarova membawa 4,5 kg bijih kefir ke Moskow. Dalam perkembangannya, kefir dikulturkan dan telah menjadi makanan sehari-hari di Rusia dan kini, dunia. Berbagai penelitian akan manfaat kefir pun terus berlanjut, termasuk di Indonesia. Kini kita tahu, seperti yang dikatakan Ingrid, bahwa di dalam kefir terdapat beragam bakteri baik, seperti lactobacillus acidophilus, lactococci, hingga bulgaricus. Bakteri-bakteri itu berperan dalam pembentukan polisakarida, asam yang berperan penting dalam sistem imun tubuh.
Penelitian lain, seperti yang dilakukan DR. Judiono, MPS dari Politeknik Kesehatan Bandung, juga menunjukan potensi penggunaan kefir dalam menurunkan glukosa, terkait perawatan penyakit diabetes. Pada 1975, Shakarova mendapat penghargaan dari Kementerian Pangan Rusia atas jasanya terkait upaya kultur kefir.
Kini, di era modern Indonesia, panganan kefir kian dikenal luas. Beberapa orang mulai mengonsumsi kefir sebagai pengganti yoghurt. Kefir juga sering kali ada dalam resep kuliner, baik makanan maupun minuman, sehingga banyak orang membuka usaha kuliner berbasis kefir.
Tetapi yang paling menarik adalah, kefir kini telah merambah dunia kesehatan dan kecantikan. Belakangan, para seleb ramai membicarakan soal masker dan lotion kefir. Kabarnya, kandungan kefir memiliki manfaat dalam membuat kulit lebih halus dan terjaga kelembapannya. Sudahkah Anda mencoba?
[Baca juga tentang Mocaf, Singkong yang Naik Kelas]