Sebagai orang tua, tentu Anda menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak.
Mendorongnya untuk meraih mimpi, dan melepasnya menjalani hidupnya. Tapi semakin tinggi cita-cita, semakin besar pula biaya pendidikan.
Sebuah riset dan penelitian oleh ZAPFIN Research Division menemukan fakta bahwa rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia hampir mencapai 15% per tahun.
Jelas dibutuhkan persiapan matang jika ingin mengejar kenaikan biaya pendidikan yang semakin tinggi, apalagi bila Anda ingin menyekolahkan anak di luar negeri. Di sinilah diperlukan kejelian Anda untuk memilih jenis investasi.
Tak cukup tabungan konservatif
“Anak saya, Ine, sekarang umurnya 14 tahun. Dua tahun lalu, saat kami berada di bandara, suami saya bertanya kepada Ine, apakah dia nggak ingin jadi pilot? Setelah tahu besarnya gaji pilot, dia pun berminat.
“Kemudian dia mulai search semua sekolah pilot. Dari semua yang dia temukan, dia berminat ke Flight Safety Academi, Florida, AS. Dia sangat ingin sekolah itu, yang artinya empat tahun mendatang,” kisah Palupi Budiprakoso, ibu dua anak.
Karena minatnya yang sudah tidak bisa dibelokkan lagi, Ine pun dibawa oleh ayahnya ke kampus Flight Safety Academi, Florida, dan mengikuti tur untuk melihat langsung sistem pendidikan di sana. Namun melihat nilai rupiah terhadap dolar AS, kalau menabung hanya dalam waktu enam tahun, Palupi merasa tergopoh-gopoh meski sekolahnya hanya dua tahun.
“Dari prediksi kami empat tahun ke depan, kira-kira biaya pendidikan Ine sebesar 1 miliar rupiah,” ujar Palupi. Dengan biaya sebesar itu, Palupi tidak lagi harus memikirkan biaya hidup Ine selama di Florida, karena biaya itu sudah mencakup biaya hidupnya selama tinggal di asrama.
Untuk mengejar biaya pendidikan itu, suami Palupi membeli dua apartemen yang akan mereka jual karena nilai investasi di bidang properti lebih cepat naiknya dibandingkan tabungan konservatif. Selain itu, suami Palupi menyiapkan asuransi jiwa bermanfaat pendidikan.
“Tinggal di asrama cukup menenangkan hati kami, karena melepas anak perempuan usia 18 tahun ke belahan bumi yang lain itu bukan hal yang mudah. Di luar biaya sekolah dan asrama, paling kami hanya memberikan uang saku. Karena, seluruh biaya dia selama dua tahun itu sudah termasuk uang saku dan tiket pulang-pergi,” ujar Palupi, yang ingin anaknya kelak kembali ke Indonesia setelah lulus pendidikan.
Berbeda dari Palupi yang masih dalam tahap perencanaan, Lucy Maringka telah menyekolahkan anak sulungnya, Alexander, 22, di Massachusetts College of Art and Design, Boston, AS, sejak lulus SMA. Biaya kuliahnya per semeseter 20 ribu dolar AS, biaya hidup sehari-hari sekitar 1.700 dolar AS per bulan.
“Tapi biasanya, sih, lebih. Padahal kalau Alex mau hemat, bisa 1.100 dolar AS. Sewa apartemen standar mahasiswa kisaran harganya 1.000 sampai 1.500 dolar AS,” kata Lucy merinci biaya rutin yang harus ia keluarkan.
Untuk membiayai itu semua, sama seperti Palupi, Lucy memilih investasi berupa properti. Untuk biaya hidup anaknya, Lucy memanfaatkan pemasukan dari apartemen yang ia sewakan kepada orang asing. Selain apartemen, Lucy menabung dalam bentuk uang dan tanah, serta asuransi.
Lain lagi cerita Djan Vita Pusparini, yang biasa disapa Vita. Untuk mewujudkan impian pendidikan anak semata wayangnya yang ingin kuliah di luar negeri, Vita memilih berinvestasi di instrumen obligasi (ORI dan Sukuk) serta menggabungkan dua jenis investasi reksa dana, yakni pendapatan tetap dan pendapatan terproteksi.
Vita mengerti benar bahwa sejak dini ia harus mengetahui pola pengelolaan keuangan dengan baik, termasuk jalur pengiriman uang. Ia juga harus tahu selisih kurs, perbedaan tingkat biaya hidup, dan jarak antar negara yang tak selalu memiliki akses mudah untuk urusan keuangan.
“Bersama suami, saya selalu memantau perkembangan investasi melalui aplikasi IDX Mobile. Saat ini saya bisa mengetahui bahwa investasi reksa dana berdasarkan Infovesta Fixed Income Index memiliki return historis bulanan selama 10 tahun terakhir sekitar 7,95% per tahun. Ini adalah hasil yang baik.
“Tak hanya itu, saya juga bisa melihat real time mengenai running trade, order book, stock watch hingga stock quotes dan mempersiapkan langkah investasi selanjutnya,” ujar Vita sambil menunjukkan layar tablet miliknya.
Ke depannya, Vita optimis dalam jangka tidak sampai lima tahun ke depan, ia sudah bisa mempersiapkan biaya pendidikan yang cukup untuk anaknya sekolah di negara pilihan.