Pesona bukit dan laut
Setengah jam mendaki dengan mobil, pandangan kami terblokir oleh kabut tebal. Kami berada 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Di situlah saya mengunjungi sebuah rumah tradisional Timor di Desa Turisai, Beslau. Rumah panggung beratap tinggi ini dimiliki oleh Fernando, kepala desa berusia 76 tahun. Dengan senang hati ia berganti pakaian tradisional Timor untuk difoto. Tapi ujung-ujungnya... ia minta tip 5 dolar, ha ha ha….
Sekitar 25 km mendaki lagi, saya tiba di Maubisse. Ini adalah sebuah kota kecil di ketinggian 1.400 meter DPL. Sebuah gereja bernama Sao Mateus yang bergaya Eropa mengingatkan saya akan sebuah desa kecil di Swiss. Sekitar 800 meter dari gereja, di puncak bukit terdapat Pousada de Maubisse yang dulunya merupakan rumah Gubernur Portugis namun sekarang berubah menjadi sebuah hotel delapan kamar. Pemandangan 360° dari hotel sungguh menakjubkan karena serba hijau dan asri.
Saya menyempatkan diri belanja oleh-oleh di Pasar Tais. Tais adalah kain tenun tradisional yang dibuat oleh para wanita Timor yang pembuatannya dapat dilihat di pasar ini. Kain Tais digunakan selain untuk pakaian, juga untuk perhiasan seremonial dan dekorasi rumah. Suvenir seperti tas, dompet, pembatas buku, dan gantungan kunci dijual mulai dari 2 dolar, tapi masih bisa ditawar.
Hari terakhir saya ingin menikmati alam bawah lautnya. Dini hari saya berangkat dengan mobil menuju dive spot yang disebut “K41”, berarti 41 km dari Dili. Kami berjalan 5 menit di dalam air dan langsung mencapai dinding laut yang curam dan dipenuhi terumbu karang sehat serta ikan karang warna-warni. Titik penyelaman berikutnya di Secret Garden. Kali ini saya bertemu blue spotted stingray, angel fish, puffer fish, dan scorpion fish. Saya berdecak kagum. Alam bawah laut Timor Leste memang indah dan masih perawan.
Foto: Dennie Ramon
*Penulis adalah pemilik blog The Naked Traveler