Kalau sekarang ia telah memiliki beberapa brand: Norma Hauri untuk modest wear, Hauri Woman untuk abaya, Hauri Girl untuk usia 5 sampai 12 tahun, dan Hauri Scarf, itu semua bukan tanpa kerja keras.
Memilih style modern klasik, Norma mengaku terinspirasi gaya 50-an Audrey Hepburn, Grace Kelly, dan Jackie Onassis. Jatuh cinta pada gaya mereka, penampilan Norma pun— dulu—senang dengan gaun mini, sasak rambut tinggi, kacamata lebar, dan wedges.
Gaya personalnya itu pun kini mewarnai desain modest wear-nya. Sumber inspirasi lainnya adalah sosok wanita perkasa semacam para bikers Jepang tahun 50-an, juga Amelia Earhart—pilot wanita pertama asal AS yang terbang solo melintasi Samudra Atlantik dan hilang di Samudra Pasifik pada tahun 1937.
“Saya juga menggali sejarah Eropa, karena inspirasi bisa dari mana saja. Apalagi dibantu internet, tidak butuh waktu lama untuk riset,” ujar Norma. Riset yang matang memang salah satu modal bagi para desainer sebelum menciptakan busana.
“Yang membuat lama adalah, proses memasukkan konsep itu untuk modest wear, dikawinkan dengan fashion house yang mau saya ambil. Misalnya, Cristobal Balenciaga, Christian Dior, Jean Lanvin—menurutku mereka ini visioner. Kebanyakan desainer sekarang roots-nya dari mereka.
“Jadi, setiap kali show saya tidak hanya mengambil satu inspirasi, moodboard-nya itu infused dari beberapa. Moodboard kami biasanya ada tiga. Sosoknya, pattern, dan fashion house-nya. Itu digabung,” jelas Norma.
Persaingan dalam industri mode diakui Norma cukup menantang. Modest wear murah dan bagus dapat diperoleh dengan mudah. Namun
Norma bisa bertahan sampai tahun ke-10 berkiprah. Merasa jenuh dan ingin berhenti sejenak, pernah dia alami.
“Up and down mood itu biasa. Misalnya saya sedang bikin koleksi. Lalu saya lihat di mana-mana, kok, koleksinya sama ya. Atau, di suatu Lebaran, ketika orang jor-joran membuat baju muslim, saya justru diam. Ketika di pasar sudah banyak yang sama, saya turn off dulu. Itu berhasil untuk memelihara passion,” kata Norma.
Mengerjakan sesuatu tidak passionate akan tampak pada hasilnya. Norma tidak ingin hasil yang mentah. “Ada hikmahnya refresh. Setelah itu saya bisa mengeluarkan sesuatu yang baru.”
Norma sangat bersyukur memiliki tim yang solid. Dunia fashion sudah ia geluti sebelum ia menjadi fashion designer. Ketika menjadi makeup artist, ia juga terlibat pemotretan untuk berbagai hal. Ketika ia sudah punya brand, ia sudah tahu tim fotografer mana yang ia pilih, makeup artist-nya siapa. Ia paham betul tim yang tepat untuk brandnya.
Namun sumber daya manusia tetap menjadi masalah tersendiri. “Saya maunya SDM-nya bagus. Saya nggak keberatan dengan bayaran yang agak lebih tinggi untuk kualitas jahitan yang saya mau. Tapi itu pun susah. Itu berpengaruh ke produksi. Produksinya tidak bisa secepat yang saya inginkan,” ujar Norma yang telah menghasilkan tujuh koleksi untuk modest wear.
“Saya memulai brand Norma Hauri dibantu seorang teman, yang betul-betul dari hati, sudah tahu strategi brand ini mau dibawa ke mana, bisnis apa yang bisa dikembangkan, potensi apa yang dipunyai Norma, dan mau apa setahun ke depan,” katanya.
Menurut Norma, dalam membangun brand harus punya visi misi. Ia ingin membuatnbrand-brand ini menjadi ladang yang bagus untuk semua yang terlibat, memajukan modest fashion Indonesia, membuat wanita Indonesia tampil percaya diri dan chic.
Selain misi dan visi, modal yang tak kalah penting adalah keteguhan hati. Norma mengaku membangun brand-nya secara organik—tidak dengan modal pinjaman. Modal pertamanya didapat dari penghasilannya sebagai makeup artist. Uang ini untuk modal membuat baju pengantin. Uang dari bridal diputar lagi untuk modal busana ready-to-wear.
“Sekarang uang dari ready-to-wear sudah terkumpul, balik lagi untuk memodali bridal. Awalnya betul-betul dari jualan baju seharga Rp500.000,” kisah Norma sambil tertawa.
Satu-satunya bantuan adalah pengorbanan sang suami yang bersedia menjual mobil hobinya untuk memperbesar workshop. “Pesanan semakin banyak, sementara workshop yang saya punya kecil. Saya harus menambah karyawan. Sempat terpikir, bisa nggak, nih, mulai dari nol. Ternyata bisa,” kata Norma dengan nada puas.
Masuk ke industri fashion memberi kepuasan tersendiri bagi Norma, yang sempat menimba ilmu di sekolah mode Esmod. “Kepuasannya adalah ketika ada pergelaran busana, desain kita diterima oleh masyarakat, dan sold out. Itu puas banget!
“Kepuasan lainnya adalah saat show. Misalnya waktu show tunggal di JFW 2017 yang didukung Jepang, tahun lalu. Tempat duduk dipenuhi klien loyalku, dan mereka semua pakai bajuku. Gejolak adrenalin itu sangat aku nikmati. Stres pada saat persiapan, itu bikin kangen,” kata Norma.
Dunia fashion adalah bagian dari ekspresi dirinya. “Aku tidak akan berhenti berkarya. Fashion adalah passion-ku,” Norma menjawab pertanyaan saya. Kalau ia punya brand Hauri, ia ingin anaknya kelak meneruskan usahanya.
“Kalau pakai nama saya nanti keberatan karena meneruskan legacy. Kalau pakai nama dia, supaya dia juga ada rasa memiliki. Kalaupun Hauri passion-nya beda, aku akan mencari tim yang bisa melanjutkan brand ini,” kata Norma menutup obrolan.
Foto: Honda Tranggono
Foto runway: Image.net/Jakarta Fashion Week 2018