Di saat orang lain jor-joran membuat modest wear, Norma Nurdiana malah memilih diam, untuk memelihara passion.
Workshop di Jakarta Selatan itu terasa tenang. Beberapa orang tampak sibuk mengerjakan voal sebagai bagian dari terciptanya sebuah busana.
Norma Nurdiana, 39, pemilik brand Norma Hauri yang lebih dikenal dengan Norma Moi, sedang bersiap untuk pemotretan siang itu. Wanita langsing ini menyambut tim PESONA dengan ramah. Suaranya yang lantang dan tawanya yang selalu ceria membuat siapa pun merasa nyaman berada di dekatnya. Tidak ada kesan jaim, apa adanya.
“Lagi persiapan untuk Jakarta Fashion Week 2018, nih,” kata ibu seorang putri bernama Hauri, 7, ini. Masih ada waktu dua bulan (ketika wawancara ini dilakukan) menuju JFW 2018.
Dua orang anak magang dari sebuah sekolah mode mempersiapkannya dalam diam. Norma sedang mempersiapkan 14 looks untuk busana ready-to-wear. Tak hanya untuk JFW 2018, Norma pun sedang ditantang untuk membuat sesuatu yang besar.
“Belum lama ini saya bersama tim JFW dan Bina Mandiri Art ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Akan ada satu prototipe, ini untuk pertama kalinya Norma Hauri pakai kain Nusantara. Terus terang selama ini belum berani karena kain Nusantara itu filosofinya sangat dalam. Saya harus belajar dari awal karena saya tidak mau—niatnya melestarikan tapi malah salah kaprah,” ujar mantan pramugari dan makeup artist ini.
Di Labuan Bajo, Norma bertemu dengan para mama perajin tenun. Lantas, mengapa ia berani menerima tantangan ini?
“Saya didampingi seorang textile expert dari Institut Teknologi Bandung. Niatnya membuat tenun dari NTT ini bisa dipakai oleh wanita zaman sekarang tanpa menghilangkan intisari kebudayaan Flores itu sendiri. Kami ini jadi jembatan agar industri mereka maju, kitanya juga maju,” ujar Norma, angkatan ketiga peserta Indonesia Fashion Forward tahun 2014.
Menyelam dalam fashion
Itu bukan karena kebetulan. “Mendapatkan modest wear yang nggak cingkrang itu susah, ha ha ha ha,” ujar Norma tergelak mengingat pengalamannya sepulang menjalani ibadah umrah pada tahun 2007.
Berniat mengenakan hijab, Norma tidak menemukan busana yang sesuai tinggi tubuhnya. Ingin memenuhi kebutuhan sendiri, Norma pun mendesain sendiri busananya.
“Sewaktu jadi makeup artist, saya sudah bersinggungan dengan dunia fashion. Berhenti dari pramugari, saya jadi makeup artist. Klien saya banyak kalangan Chinese, baju-baju pengantin mereka bagus-bagus. Hanya ditambah lengan panjang, jadilah modest wear,” ujar Norma.
Lantas ia membuat satu, diunggah di media sosial, dan ada yang mau pakai. Satu tahun kemudian ia memulai membuat baju pengantin.
Meski untuk memenuhi kebutuhan sendiri, Norma mengaku, membuat desain modest wear bukan perkara mudah. “Modest wear harusnya nyaman dan jatuhnya bagus. Saya mulai belajar tentang bahan. Bahan ini kalau dibikin model begini, jatuhnya akan begini.
“Setelah membuat desainnya, saya pergi ke tukang jahit. Saya nongkrong, melihat cara dia motong, memasang kaitan, masang kancing. Saya pun melakukan itu, sampai mayet pun saya lakukan sendiri,” kisah Norma saat mengawali usahanya.
Cerita Norma dan brand fashion-nya ada di halaman selanjutnya