Inilah Tiga Jawara Manuskrip Buku Puisi DKJ 2015
Sementara itu, pendapat juri untuk manuskrip Kawitan adalah penyair ini membiarkan alusi menjadi alusi, tidak ketakutan kemudian menjadikannya sekadar catatan kaki, atau malah tergoda menjadikannya bahan pamer. Di sana-sini juga muncul empati sosial yang dideskripsikan dengan lembut. Pengendapan emosi, intensitas, dan kesubliman merupakan kekuatan manuskrip ini di samping kemampuan berbahasa yang baik.
"Empat puluh dua puisi dalam buku ini adalah pemaknaan saya terhadap dua hal. Yang pertama adalah perenungan atas berbagai hal dari pengalaman hidup saya di luar Bali (tanah kelahiran) dan yang kedua khusus bercerita soal Bali di luar etnosentris Bali. Kawitan artinya the beginning, permulaan, kondisi asal, kondisi mula, kondisi awal. Puisi-puisi dalam buku ini berusaha menjawab pertanyaan asal muasal tadi," jelas Purnama, penulis Kawitan. Ia mengaku, manuskrip ini kumpulan karyanya dari tahun 2008 hingga 2015.
Sedangkan pendapat juri untuk manuskrip Ibu Mendulang Anak Berlari adalah dengan bahasa yang sederhana, naskah ini berhasil memotret kompleksnya sebuah pengalaman menjadi ibu dengan menyulap detail-detail banal kehidupan domestik menjadi sesuatu yang menakjubkan dan hampir sureal.
"Saya ingin menceritakan ibu dari sisi domestik. Ibu Mendulang Anak Berlari seperti seorang ibu yang menyuapi anaknya makanan tapi sang anak terus berlari-larian. Bukan hanya makanan, dalam banyak hal yang kita berikan kepada anak belum tentu dilakukan atau diterima oleh anak. Manuskrip ini merangkum hubungan seorang ibu dengan anak," jelas Cyntha, penulis Ibu Mendulang Anak Berlari.
Acara peluncuran ketiga buku puisi ini akan diselenggarakan untuk publik pada akhir Mei 2016. Namun sejak awal Mei buku tersebut sudah tersedia di toko-toko buku terdekat. Anda pencinta puisi tentu tak boleh ketinggalan mengoleksi karya para jawara manuskrip buku puisi DKJ 2015 ini.
Foto: Tenni Purwanti