Tak perlu pantang daging
Wajar saja bila Anda tak tahu apa itu reducetarian. Gerakan atau pola makan ini memang termasuk baru. Dimulai di AS, gerakan ini baru muncul sekitar tahun 2015 dan didirikan oleh Brian Kateman dan Tyler Alterman. Hanya dalam dua tahun, gerakan ini dengan cepat meluas ke seluruh penjuru dunia.
Tidak seperti vegetarian atau vegan, reducetarian adalah pola makan yang tidak berpantang daging. Mungkin karena itu pola makan ini lebih mudah diterima.
“Sebenarnya banyak orang ingin menjadi vegetarian atau vegan, tapi banyak pula yang berguguran di tengah jalan karena tak tahan terhadap godaan daging, atau tak sanggup berpisah dengan daging seumur hidup.
“Seorang reducetarian tetap bisa makan daging. Anda hanya perlu mengurangi konsumsinya seminimal mungkin. Bagi saya pribadi, menjadi reducetarian lebih efektif daripada menjadi ‘cheating vegans’ atau ‘lazy vegetarians’,” jelas Brian Kateman, yang mengaku pernah menjadi vegetarian gagal.
Daging dalam hal ini bukan semata daging merah (sapi, kambing, babi, dan lain-lain) serta daging unggas (ayam, bebek, burung, dan sejenisnya).
Yang masuk kategori ini juga meliputi ikan (ikan laut maupun ikan air tawar), seafood selain ikan (udang, cumi-cumi, teripang, kerang, dan sebagainya), telur, susu, dan produk susu (keju, mentega, krim, yoghurt).
Untuk menjadi reducetarian, caranya mudah saja. Tak ada pakem atau aturan khusus yang membuat Anda jadi stres atau bodoh.
“Anda bisa bebas mengaturnya sendiri. Anda hanya perlu mengurangi konsumsi bahan makanan yang berasal dari hewan.
“Sebagai pemula, Anda bisa memulainya secara bertahap, sedikit-sedikit, asalkan konstan, konsisten, dan dilakukan dengan sebuah kesadaran penuh. Makin banyak Anda menguranginya, makin baik,” ujar Kateman lagi.
Anda bisa mengurangi konsumsi daging (atau produk hewan lainnya) di setiap waktu makan—sarapan, makan siang, makan malam. Bisa pula mengonsumsinya hanya pada waktu makan siang, sementara sarapan dan makan malam tanpa daging.
Bisa pula diselang-seling—hari ini makan daging, besok jadi vegetarian atau vegan. Atau, hanya di akhir minggu.
Anda tetap bisa makan satai, soto, tongseng, steik, dan makanan lainnya yang menjadi favorit Anda. Tapi cukup sedikit saja. Banyak atau sedikit, enaknya di lidah sebentar saja, kok.
Sumbangan kecil, makna besar
Reducetarian bukan pola makan yang hanya bertujuan menjaga kesehatan tubuh, menjalani keyakinan (agama tertentu), atau karena ketidaktegaan membunuh hewan untuk dimakan.
Tetapi lebih luas dari itu, reducetarian adalah sebuah gerakan dengan ide besar yang bersifat global, karena juga memedulikan aspek-aspek lain yang tak kalah penting bagi kehidupan. Antara lain, merawat lingkungan hidup, mencegah polusi udara dan air, mengurangi pemanasan global, mencegah kekejaman terhadap hewan ternak, dan sebagainya.
Kateman menjelaskan, ada banyak keuntungan menjadi reducetarian.
Pertama, tentunya, tubuh menjadi lebih sehat. Data dari American Heart Association mengungkapkan, orang Amerika sekarang rata-rata mengonsumsi protein dua kali lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh. Dan sebagian besar sumber protein yang dikonsumsi berasal dari hewan.
Dengan mengurangi asupan protein hewani dan menambah konsumsi sayuran, buah-buahan, serta biji-bijian, keseimbangan nutrisi akan terjaga.
Menjadi reducetarian juga berarti ikut merawat lingkungan hidup dan menjaga keseimbangan alam. Produksi dan pemeliharaan hewan ternak yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan alam dan meningkatkan polusi udara dan air.
Gas yang dihasilkan kotoran hewan ternak bukan hanya membuat udara sekitar bau, tapi juga menghasilkan efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.