Ada dua alasan mengapa saya ingin menonton "Rampant" di bioskop (kebetulan versi streaming-nya belum ada subtitle, sih).
Pertama, tentu saja karena Hyun Bin pemerannya. Kedua, iming-iming film ini dibuat oleh tim di balik "Train to Busan." "Train to Busan" (2016) adalah film Korea yang sukses mengaduk-aduk emosi dan bikin jantung saya nyaris copot saat menontonnya.
Lalu, bagaimana setelah saya menonton film arahan Kim Sung-hoon ini selama dua jam?
Untuk alasan pertama saya ingin menontonnya, saya merasa puas. Hyun Bin di layar lebar memang makin ganteng. Lesung pipinya, kulit mulusnya, juga senyumnya bisa bikin saya meleleh. Apalagi sebagai pemeran utama, ia mendominasi hampir semua adegan.
Namun untuk alasan kedua, saya kecewa. Film ini memang dibuat oleh studio yang sama, tapi elemen utama yang menciptakan "Train to Busan" tidak terlibat di sini. Sutradara dan penulis skenarionya beda, begitu pula sinematografernya.
Yang pasti, sutradara dan penulis skenario (Hwang Jo-yoon) pernah bekerja sama dengan Hyun Bin dalam film "Confidential Assignment" (2017).
"Rampant" dibuka dengan transaksi pembelian senapan di sebuah kapal Belanda (dari bahasa awaknya) yang sedang berlabuh di Pelabuhan Jemulpo. Dari situ cerita mengalir tentang pemberontakan militer karena Joseon (Kerajaan Korea) di bawah kekuasaan Kaisar Qing (Cina).
Ternyata kapal itu membawa awak yang berubah jadi zombie. Zombie menggigit anjing, anjing menggigit prajurit, prajurit pulang dan memakan seisi desa.
Raja Joseon sendiri (Kim Eul-sung, main dalam "Train to Busan") berada di bawah pengaruh Menteri Perang, Kim Ja-joon (Jang Dong-gun), hingga ia membiarkan Putra Mahkota bunuh diri demi membebaskan para pemberontak.
Sebelum bunuh diri, Putra Mahkota mengutus Park Eul-ryoung (Jo Woo-jin, sekretaris dalam "Goblin") memberikan surat kepada Pangeran Ganglim (Hyun Bin), yang selama ini tinggal di Qing.
Ganglim pulang demi menjemput Putri Mahkota yang sedang hamil, untuk dibawa ke Qing. Aroma perebutan kekuasaan di Istana makin berkembang ketika salah satu selir Raja yang berkomplot dengan Menteri Kim mengamuk setelah digigit zombie, dan menggigit Raja.
Di Jemulpo, Ganglim bersama pelayannya, Hak-su, bertemu kelompok Park Eul-ryoung, yang meminta Ganglim menemui Raja dan minta bantuan militer untuk membasmi zombie.
Di Istana, Menteri Kim punya agenda tersendiri ketika Utusan Kaisar Qing datang. Dan itu ada hubungannya dengan membebaskan zombie.
Sebagai film zombie, "Rampant" seru. Bayangkan, ribuan zombie yang bersembunyi di siang hari keluar dan mencari mangsa. Mereka bisa memanjat, gigih menjebol gerbang, dan harus dipenggal atau ditusuk jantungnya agar tak hidup lagi.
Sayangnya saya tidak menemukan momen-momen yang bikin jantung nyaris copot, atau emosi dipermainkan. Saya menunggu adegan mendebarkan ala masuk terowongan dalam "Train to Busan"...dan tidak mendapatkannya.
Tidak ada pendalaman karakter tiap tokoh; peran antagonis Menteri Kim berhasil lolos dari klise karena dimainkan dengan baik oleh Jang Dong-gun.
Entah mengapa film ini disensor untuk 21 tahun ke atas. Adegan pembantaian zombie tidak sadis (mungkin film karya Mo Brothers lebih sadis, hi hi); kecuali jumlah zombie yang dibantai memang diperhitungkan, he he.
Tema serupa dibuat versi drama Korea, "Kingdom" (Netflix 2019), yang juga disutradarai Kim Sung-hoon, mungkin bisa mengobati rasa kecewa saya.
Tapi jika Anda pencinta Hyun Bin, film ini harus Anda tonton, dan setelahnya bermimpi tentang Hyun Bin oppa, he he....
Foto: New Entertainment World