Helga Angelina, Co-Founder Burgreens, resto vegetarian, mengaku tak lelah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang gaya hidup organik. Ini ceritanya.
Tantangan berbisnis restoran organik adalah edukasi kostumer dan supply chain. Tiga tahun yang lalu saya mendirikan Burgreens. Tidak semua orang mengerti pentingnya makan organik. Sampai sekarang saya masih melakukan edukasi.
Kami ada tiga program rutin, yakni Burgreens Go To School, Go To Office, dan acara
komunitas. Untuk supply chain, karena belum ada produsen yang mencukupi semua kebutuhan sekaligus, maka kami memiliki 25 supplier. Misalnya untuk sayur kami memiliki tiga supplier.
Untuk sertifikasi, kalau mereka punya akan lebih baik, tetapi kalau tidak punya akan tetap kami ambil, tapi kami lakukan inspeksi ke lapangan untuk memeriksa lahan. Karena petani kecil tidak punya cukup uang untuk melakukan sertifikasi, maka kami tetap menerima mereka.
Kehadiran komunitas sangat membantu karena bisa memberikan referensi. Saya bergabung dengan Komunitas Organik Indonesia dan Aliansi Organik Indonesia.
Sebisa mungkin Burgreens menerapkan pola hidup alami. Meskipun alat makan kami di restoran masih menggunakan stainless steel, setidaknya itu bisa digunakan berulang-ulang.
Tapi untuk packaging delivery, kami menggunakan sendok dan garpu kayu yang bisa didaur ulang menjadi pupuk. Kami gunakan paper bag yang mudah didaur ulang. Ada plastik tapi kami menggunakan plastik singkong, bekerja sama dengan produsennya.
Lingkungan resto sendiri menggunakan interior dari kayu-kayu lokal dan elemen-elemen natural yang mudah didapat.
Menurut saya, hidup organik itu penting karena terbukti bebas racun. Selain itu, pestisida kimia yang digunakan petani ternyata merusak tanah.
Setelah dua tahun, tanah tidak akan bisa digunakan lagi sehingga petani terpaksa mencari lahan baru. Akhirnya, petani menjual murah tanahnya dan menjadi buruh untuk lahan orang lain. Sedangkan jika menerapkan pertanian organik, kita bisa menerapkan sustainable living.