
Setelah satu tahun menjalani olahraga ini, Gita tak sabar ingin memperkenalkannya di Tanah Air. Gita memutuskan untuk mengambil sertifikasi pengajar dari Schwinn—salah satu brand sepeda terbesar di Amerika—dan ia adalah orang Indonesia pertama yang memiliki sertifikat tersebut.
Selain memperdalam kemampuannya dalam mengayuh sepeda dalam ruangan, di New York, Gita bekerja sebagai konsultan keuangan untuk berbagai bisnis kecil dan start-up dalam mengumpulkan dana. Peraih gelar MBA dari The Wharton School, University of Pennsylvania ini juga menerapkan business model sendiri yang kemudian ia tuangkan dalam rencana mendirikan Ride Jakarta.
Salah satu persiapan yang Gita lakukan sebelum membuka bisnisnya ini adalah mencoba berbagai studio sepeda di Amerika Serikat dan Singapura. Bagi Gita, hal ini penting karena tujuannya dalam membangun Ride Jakarta sederhana saja: Perasaannya saat bersepeda dalam ruangan juga bisa dirasakan oleh orang lain. “Olahraga itu ya olahraga, tetapi feeling ketika berolahraga itu tidak bisa dibuat-buat.”
Setelah persiapan cukup matang, lahirlah Ride Jakarta di tahun 2015. Saat berlatih, studionya dapat menampung sekitar 48 riders. Berdinding cermin layaknya studio olahraga pada umumnya, studio ini memiliki pencahayaan yang temaram, “Agar riders tidak merasa risih dan tidak seperti sedang berolahraga,” begitu alasan Gita.
Studio olahraga ini mirip klab malam, dihiasi beragam lampu warna-warni dan bola disko. Selain pencahayaan, sound system merupakan elemen penting. Kencangnya volume musik membuat peserta bebas berteriak ketika merasa lelah. Begitu kencangnya volume, suara Gita nyaris tenggelam. Sesekali ia membesarkan volume suaranya untuk memberikan semangat kepada riders.
Tidak lupa senyum manis juga Gita berikan sebagai penyemangat. Sayangnya saya tidak mudah untuk membalas senyuman manis wanita usia 36 tahun itu karena saya terlalu asyik—dan lelah—mengayuh sepeda.
Seberat apa pun yang dirasakan oleh riders, Gita selalu mengingatkan mereka untuk melupakan apa yang terjadi di luar studio. Kami diminta melepaskan (sejenak) persoalan kemarin, dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ketika saya mengikuti instruksinya, mengayuh sepedanya memang tidak menjadi lebih ringan tetapi pikiran saya terasa lebih tenang, tidak ada beban.
Ternyata, melihat saya lebih tenang adalah pencapaian dalam melatih bagi Gita. Ia ingin melihat para riders mengayuh lebih bersemangat dan memaksimalkan kekuatan fisik mereka dalam berlatih. Ia juga merasa bisa berbagi kemampuannya.
Memasuki lagu A Lonely Night yang dipopulerkan oleh The Weeknd, Gita mulai meredupkan lampu studio. Secara perlahan, suasana ruangan semakin gelap, semakin cepat pula riders harus mengayuh sepedanya. Selama 75 detik, ruangan bahkan dibuat gelap total. Dan selama itu pula saya merasakan momen yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Begitu bersemangat dan tenang, sekejap saya lupa akan bermacam hal yang sedang terjadi dalam kehidupan saya. Set lagu mulai mengalunkan nada-nada lebih tenang. Saya mengatur napas, menyesuaikannya dengan alunan musik. Gita mulai mengarahkan untuk melakukan pendinginan.
Prosedur yang benar dalam berolahraga sangat penting, menurut Gita. Ia memang tak bisa lepas dari olahraga. Selama 10 tahun terakhir ia rutin melakukan yoga. Saat ini, Gita sedang menikmati krav maga, olahraga bela diri asal Israel, yang sudah ditekuninya satu tahun belakangan.
Suasana studio tenang. Tidak terasa 45 menit berlalu begitu cepat. Rasa berat yang terasa di awal telah hilang. “Be in the moment,” kata Gita. Itu yang saya rasakan, perasaan yang beberapa tahun lalu Gita rasakan, dan kini ia bagikan. Saya pasti akan kembali ke studio Ride Jakarta.
Foto: Hermawan
Pengarah gaya: Nanda Djohan