Setiap hari kita berharap. Berharap hari ini berjalan lancar, berharap masih diberikan kesehatan, dan lainnya. Sebagai makhluk sosial kita perlu orang lain untuk menguatkan di kala susah. Coba kenang kembali masa-masa Anda terpuruk, bukankah dukungan moril dari orang-orang sekitar yang akhirnya memberi harapan dan energi baru untuk melangkah lagi? “Saya setuju, sebab Anda adalah harapan bagi orang lain, siapa pun Anda saat ini,” begitu ucap Wulan Guritno.
Masyarakat boleh saja mengenalnya hanya sebagai seorang aktris yang wajahnya kerap muncul di berbagai media. Ia dapat kita temui dalam peran Sinta, teman baik Soe Hoek Gie yang cantik dan modis di film Gie (2005) atau sebagai mucikaari bagi para perempuan pekerja seks papan atas di film bergenre dark romance Lily Bunga Terakhirku (2015). Bagi Wulan, yang terpenting adalah tetap bisa berkarya dengan kualitas maksimal dalam berbagai peran. Termasuk di dalamnya peran seorang ibu dan manusia yang berguna bagi sesamanya.
Wanita kelahiran 14 April 1980 ini memiliki panggilan hati yang lain selain dunia hiburan. Bersama dua temannya, Amanda dan Janna Soekasah, ia menggagas gerakan #IamHope, sebuah gerakan solidaritas sekaligus penghimpunan dana bantuan untuk para pasien kanker. Bermula dari 25 Gelang Harapan, kini gerakan ini telah menjual lebih dari 15 ribu gelang yang dijalin dari kain-kain sisa produksi desainer Ghea Panggabean.
Ada peluang untuk membuatnya lebih masal, tapi menurut Wulan dan timnya, bisnis seperti itu justru akan mengubah prinsip yang mengawali gerakan ini. “Dengan memakai kain bekas, ada upaya penggunaan kembali bahan agar tak terbuang. Pengrajin juga dipekerjakan untuk membuat gelang, dan ada keunikan karena tak ada gelang yang identik. Sebab Anda tak bisa pesan seperti apa gelang yang Anda inginkan,” jelasnya sambil menunjukkan tiga model Gelang Harapan dengan antusias. Ke depannya, ia tak menutup kemungkinan untuk dapat menyebarkan harapan-harapan positif untuk para pasien alzheimer, untuk bidang pendidikan, dan juga lingkungan.
Wulan kala itu datang ditemani London Abigail Dimitri, putri keduanya yang berusia lima tahun. Ia tampak lugas dan seolah tak tertarik dengan basa basi yang tak perlu. Pribadinya tampak kuat. Ditambah dengan ekspresi wajah yang dingin dan garis wajah yang tegas, rasanya karakter antagonis akan pas diperankan Wulan.
Ekspresinya melunak ketika ia menunjukkan beberapa video di ponsel pintarnya. Intonasi bicaranya menjadi lebih rendah. Video yang ia tunjukkan adalah dokumentasi pendek tentang kegiatan yang dilakukan tim HOPE di Trenggalek dan Bandung beberapa waktu lalu. Ia bercerita bahwa ini adalah bentuk aktivasi lainnya dari HOPE yang dinamakannya Journey of Hope. Anda pun bisa menyaksikannya di Youtube lewat channel Gelang Harapan. “Programnya adalah mendatangi para penderita kanker di berbagai daerah, mencoba memberikan donasi dan membawakan kembali harapan pada mereka seperti di dua ‘misi’ kami ini.”