Female Photographer Community terbentuk karena kebutuhan fotografer perempuan tidak terakomodasi di komunitas umum.
Sebelumnya mereka tak saling mengenal. Kegemaran yang sama terhadap fotografi mempertemukan mereka di sebuah komunitas fotografi yang terdiri atas lelaki dan perempuan. “Komunitas itu lebih sering memotret model perempuan. Kami merasa tidak nyaman dan menginginkan kegiatan lain yang lebih menarik. Akhirnya kami membentuk Female Photographer,” ungkap Mira Chandra, salah satu pendiri komunitas ini.
Pada 2009, Female Photographer terbentuk. Awalnya hanya berisi fotografer-fotografer perempuan di komunitas sebelumnya, yang merasa perlu membentuk komunitas khusus perempuan. Lama-lama, anggota Female Photographer bertambah dari berbagai profesi. Pada 2011, nama komunitas berubah menjadi Female Photographer Community (FPC). “Hanya menambah kata community, karena pengurusnya sudah berubah,” jelas Ary Yuniasti, yang juga salah seorang pendiri.
Sejak berdiri, FPC sering menggelar kegiatan hunting foto bersama. Mereka tak lagi memotret model perempuan, tetapi lebih mengeksplorasi human interest, street life, hingga still life photography. Lokasi terdekat biasanya di Stasiun Kota dan Kota Tua Jakarta. Yang terjauh sampai ke Ternate dan Ambon.
Jadwal hunting foto mereka memang tidak rutin. Alasan pertama, anggota FPC terdiri atas berbagai profesi yang bukan fotografer, dan menjadikan fotografi sebatas hobi sehingga waktu yang mereka miliki hanya di akhir pekan. Kedua, mayoritas anggota telah menikah dan memiliki anak, sehingga waktu di akhir pekan tentu diprioritaskan untuk keluarga. “Akhirnya kami lebih sering kumpul di Waroeng Solo, Kemang, Jakarta Selatan, sekadar untuk makan dan ngobrol. Saat kumpul itu kami membicarakan hunting selanjutnya,” ujar Ary.
Selain dipajang di grup Facebook, foto-foto hasil hunting kerap dipamerkan. Sudah lima kali FPC menggelar pameran foto. Yang pertama pada 2009 dengan tema Ulang Tahun Museum Layang-layang. Yang kedua pada 2012 di Museum Bank Indonesia dengan tema Perempuan. Di tahun yang sama, FPC juga berpartisipasi dalam dua pameran lain, yakni di Mal Taman Anggrek dan di JHCC. Terakhir, pada 2013 di Pondok Indah Mall dengan tema Women and Cancer yang didukung produk kosmetik. Nama-nama fotografer profesional yang pernah menjadi kurator pameran di antaranya Arbain Rambey, Hendro Hioe, dan Rafli L. Sato
Tak perlu kecil hati bagi anggota FPC yang belum bisa memotret, sebab komunitas ini sering mengadakan workshop fotografi. Pengajarnya, selain dari fotografer profesional yang diundang, adalah sesama anggota komunitas yang sudah senior dalam hal jam terbang.
“Saat diajak bergabung, saya sama sekali belum tertarik pada fotografi. Tapi di komunitas ini, saya banyak belajar dan akhirnya malah jadi profesi,” ujar Shanty, yang oleh anggota lain disapa Bunday. Ia kini malah menjadi wedding photographer. Sebagaimana komunitas yang lain, FPC juga mengalami pasang surut. Anggota pun datang dan pergi. Namun Mira dan Ary mengusahakan agar komunitas ini tetap eksis. Kumpul-kumpul sebatas ngobrol itulah kuncinya. Sebab, dari pertemuan itu akan selalu ada ide untuk hunting selanjutnya.
Foto: Previan F. Pangalila
Pengarah visual: Siti H. Hanifiah