“Jadi kenapa lo suka Graham Hancock?” tanya Tompi saat mereka menyempatkan minum kopi sebelum berpisah.
“Dia menawarkan persepsi alternatif tentang prasejarah peradaban yang kita tahu secara konvensional, misalnya piramida itu makam Firaun, tapi penelusuran dia kayaknya bukan itu, deh. Banyak situs yang sudah dikonsensuskan seperti itu dan dia menawarkan alternatif persepsi.
“Penelusuran itu memberi kita kerendahan hati untuk tidak lagi merasa hebat. Penyakit kita saat ini adalah kita merasa punya superpower, padahal kita bisa belajar dari manusia-manusia terdahulu. Kok, bisa mereka lenyap nggak ada bekasnya,” jawab Dee. Tompi menyimak Dee dengan saksama namun pada akhirnya ia menggaruk-garuk kepala.
Lalu ganti Dee yang bertanya kepada Tompi tentang studio fotonya. “Gue sedang membangun studio. Mudah-mudahan dua bulan lagi kelar. Gue kenal beberapa teman yang sangat antusias pada fotografi. Gue belajar dari mereka secara autodidak. Gue juga tergabung dalam komunitas ID Film. Dan memang kamera yang gue pakai kamera untuk film, dan gue senang bermain di analog image,” kata Tompi.
Saya pun membiarkan mereka melanjutkan bincang-bincang santai, termasuk cerita Dee soal vocal masterclass di Bali yang baru saja diikutinya. Dee belajar pada suami-istri Seth dan Margareta Svensson Riggs. Dee mengaku selama ini tidak pernah belajar vokal secara formal dan menguasai vokal secara autodidak, sehingga ia tak ingin melewatkan kesempatan berguru kepada seorang master vokal.
Sebelum pulang, saya bertanya kepada Tompi soal Dee dan sebaliknya, secara terpisah. “Tompi sosok multitalenta yang mengagumkan. Dari tiga bidang yang saya tahu ia tekuni—kedokteran, musik, fotografi, Tompi berhasil mendalami dan menjalankan ketiganya sebagai saluran aktualisasi diri yang maksimal.
“Untuk mencapai itu butuh ketekunan dan kerja keras, serta keinginan kuat untuk belajar. Artinya, Tompi punya kualitas-kualitas itu. Sebagai teman, kami nggak terlalu sering ketemu, tapi yang saya tahu Tompi orangnya kocak tapi bisa serius juga,” ujar Dee.
Lantas apa pendapat Tompi soal Dee? “Dee tipikal strong woman. Tampak sangat independen. Dia juga pintar. Saya belum menemukan hal konyol darinya karena kedekatan kami tidak sedekat saya dan Glenn (Fredly), misalnya. Tapi kalau bertemu kami suka ngobrol banyak hal,” Tompi menutup perbincangan, sambil mengemasi peralatannya, siap meluncur ke tempat praktiknya sebagai dokter.
Foto: dr. Tompi @Glymps
Pengarah gaya: Erin Metasari
Asisten pengarah gaya: Siti H. Hanifiah
Rias wajah & rambut: Zuber
Lokasi: Djule Kofi, Jakarta Selatan