Berapa versi film "Robin Hood" yang pernah Anda tonton?
Saya belum pernah menonton film Hollywood jadul yang bercerita tentang pencuri berhati emas legendaris itu, "The Adventures of Robin Hood" (1938), yang disebut-sebut sebagai film tentang Robin Hood paling oke hingga kini.
Tapi saya paling ingat film "Robin Hood: Prince of Thieves" (1991), yang dibintangi Kevin Costner, Morgan Freeman, dan mendiang Alan Rickman. Film ini dikritik karena Robin terlalu beraksen Amerika.
Namun film arahan Kevin Reynolds itu punya theme song yang hits banget pada masanya: (Everything I Do) I Do It for You dari Bryan Adams. Dengan bujet 48 juta dolar AS, film iniini suk meraup 390,5 juta dolar.
Lalu bagaimana dengan "Robin Hood" versi baru yang dibintangi aktor Inggris yang melejit berkat franchise "Kingsman: The Secret Service," Taron Egerton?
Diproduseri salah satunya oleh Leonardo DiCaprio, film yang disutradarai Otto Bathurst ini (pernah menyutradarai serial "Black Mirror") cukup menghibur.
Bangsawan Robin of Loxley dikirim ikut wamil Perang Salib oleh Sheriff Nottingham. Ia meninggalkan kekasihnya, Marian (Eve Hewson).
Empat tahun kemudian, saat berperang di Jazirah Arab, dalam situasi yang mirip Perang TelukTeluk 90-an, Robin nyaris dibunuh Yahya ibn Umar (Jamie Foxx).
Namun ia malah bertemu lagi dengan Yahya alias John di Nottingham, ketika Robin dikirim pulang karena menentang dibunuhnya putra Yahya.
Situasi di Nottingham sudah berubah; Robin diumumkan gugur, kekayaannya disita, dan Marian kini tinggal di kawasan pertambangan bersama Will (Jamie Dornan). Sheriff Nottingham (Ben Mendelsohn) memerintah dengan kejam, dan menarik pajak untuk memperkaya diri dan Gereja.
Bersama John, Robin bermaksud membalas dendam, dan dengan memakai tudung, ia menjadi Robin Hood yang menentang Sheriff Nottingham. Apalagi Sheriff Nottingham bersekongkol dengan Kardinal dari Roma (F. Murray Abraham) untuk melawan Raja Inggris.
Selanjutnya, Anda bisa menikmati kejar-kejaran dan (panah-panahan) antara Robin Hood dengan pasukan Sheriff Nottingham, serta bagaimana ia dan Marian memimpin penduduk kota itu melawan Sheriff Nottingham.
Sayangnya cerita asal mula Robin Hood ini kurang kuat, karena karakter Yahya alias John terasa nanggung. Will yang punya ambisi politik meski ingin menyejahterakan rakyat juga digarap sambil lalu.
Namun yang meninggalkan kesan bagi saya adalah kostum para pemain. Dengan setting sekitar abad ke-13 hingga ke-15 (dari cerita Robin Hood lain dan lini masa Perang Salib), kostum para pria tak ubahnya streetwear gaya hip-hop hingga spin-off dari Mens Fashion Week.
Coat kulit yang dapper hingga jaket kasual, juga kostum pesta yang mirip film "Hunger Games" seakan menggiring penonton kalau cerita Robin Hood tak perlu setting waktu tertentu.
Melawan fakta yang kaya makin kaya, yang miskin makin tertindas, memang tak pernah basi. Tapi setidaknya penonton perlu dongeng yang lebih menghanyutkan.
Foto: Lionsgate