Manfaat kesehatan adalah manfaat lain yang ingin diperoleh, selain manfaat pertanian. “Seperti pada golden rice, rekayasa genetika dilakukan untuk memperoleh kandungan vitamin A di dalamnya,” ujar Widya.
Dikembangkannya golden rice bermula dari adanya niat untuk membantu negara-negara pengonsumsi nasi yang defisiensi vitamin A. Namun isu kesehatan ini menjadi hangat karena banyak orang meragukan bahwa produk pangan hasil GMO aman bagi kesehatan. Kekhawatiran tumbuh karena teknologi ini menggabungkan gen antar spesies yang jenisnya sangat berbeda, dan tidak dapat dilakukan dengan sistem pertanian konvensional.
“Adanya pihak yang kontra juga ikut mengembangkan teknologi ini. Agar lebih mudah diterima, para ilmuwan memindahkan gen dari spesies yang sama. Selain itu mereka menggunakan bakteri yang sudah biasa dikonsumsi oleh manusia seperti bakteri asam laktat dan bakteri prebiotik yang kemudian diambil sumber gennya,” jelas Widya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penggunaan bakteri pada dasarnya sudah ada sejak lama, seperti pada tempe, tape, dan jamur.
“Kedelai transgenik masuk ke Indonesia melalui lembaga asing. Awalnya mereka mencari justifikasi bagaimana proses pembuatan tempe yang higienis. Setelah melakukan pendekatan ke tempat-tempat produksi tempe, mereka kemudian memperkenalkan kedelai yang lebih besar dan cantik. Melihat hal ini menguntungkan para produsen, mulailah tersebar tempe-tempe dengan tampilan yang lebih menarik di pasaran. Banyak orang yang mengonsumsinya, selain lebih ekonomis daripada tempe organik, tentunya mudah untuk didapatkan,” kisah Rudy Erdiansyah, produsen bahan pangan organik dan salah satu anggota Komunitas Organik Indonesia.
Gen apa yang terkandung dalam kedelai GMO itu, kita tidak pernah tahu. “Efeknya bukan sekarang, tetapi jangka panjang,” kata Rudy.
“Pada dasarnya produk GMO mengalami proses yang sama seperti tanaman konvensional dari mulai penanaman hingga panen, yang berbeda bibitnya saja,” jelas Widya. Ketika mengonsumsinya pun sama saja—baik tanaman GMO maupun Non-GMO bisa saja menyebabkan penyakit jika mengolahnya tidak benar.
Pro dan kontra akan selalu ada. Hal ini karena kebutuhan dan apa yang menjadi perhatian setiap orang berbeda. Pada akhirnya semua dikembalikan kepada konsumen. Apakah Anda seorang yang rajin untuk membaca kandungan dari setiap produk yang Anda beli, atau tidak. Sehat seperti apa yang Anda inginkan untuk tubuh Anda. Apa saja yang Anda perbolehkan untuk masuk ke dalam tubuh Anda.
“Kita kembalikan kepada diri masing-masing apa saja yang akan masuk ke dalam tubuh kita. Tubuh memiliki kemampuan untuk menetralisasi ‘racun’,” ujar Rudy.
Sekarang ini di pasar sudah beredar jagung madu yang super manis. Kita juga harus siap bila suatu saat tomat ungu yang dikembangkan ilmuwan Inggris beredar di pasaran. Tomat GMO ini diklaim bisa tahan sampai 48 hari tidak membusuk, mengandung antocyanin, dan kaya rasa. Namun kita tidak pernah tahu, gen apa yang terlibat di dalamnya.
Foto: 123RF
[Baca juga 5 cara menghindari pangan GMO]