Ia adalah warga Indonesia keturunan Tionghoa. Kakek dan neneknya adalah dokter dan perawat militer dari Hong Kong yang menetap di Indonesia. Ia sadar bahwa ia dan keluarganya adalah warga keturunan, tapi bukannya ia tak bisa menyatu dengan tanah tempat ia dilahirkan.
Produk Teh Warisan dibuat Eunice, dan kedua saudarinya, Angely Nuh Tantero dan Mattaniah Nuh Tantero, untuk memperkenalkan teh Indonesia, juga untuk mengingatkan nilai-nilai penting dari teh, yaitu keakraban keluarga dan pentingnya menciptakan quality time bagi diri sendiri.
“Setiap orang punya cara yang berbeda untuk melakukan ‘me time’. Ada yg ke salon, ada yang shopping, dan ada yang spa. Nah, kami memilihnya dengan cara minum teh,” ungkap lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Trisakti ini.
Eunice melihat bahwa banyak produk teh di pasaran yang sesungguhnya berkualitas tinggi. Namun sayangnya tidak dikemas dengan packaging, desain, dan kisah yang menarik. Maka itu, Eunice dan kedua saudarinya membangun Teh Warisan di awal 2015. Daun Teh Warisan didapat dari kebun di Jawa Timur, Sukabumi, dan Bandung.
Untuk kemasannya, Eunice mendesain sendiri. Begitu juga dengan puisi-puisi indah di setiap kemasan. “Dengan membubuhkan sebuah kalimat, orang akan membandingkan dengan pengalaman mereka sendiri,” kata Eunice.
Tahun 2017 Teh Warisan mengeluarkan tiga tema besar untuk parsel. Di bulan Januari sampai April, muncul tema Kembang Setaman. Di bulan Mei sampai September, muncul Siang Malam, dan dari Oktober sampai Desember, keluarlah Kelana.
Ada pesan yang ingin disampaikan Eunice di setiap tema. Kembang Setaman dibuat untuk mengingatkan keberagaman. Pada Siang Malam, ada pesan untuk merenung karena masuk ke bulan Ramadan. Tema Kelana adalah saatnya menerapkan teori kehidupan yang didapat dari hasil perenungan.
Keunikan tiap tema parsel berbeda-beda. Misalnya, di tema Kelana, tersedia tea traveling set dan jurnal handmade kulit asli untuk menggambarkan perjalanan membuktikan teori hidup.
Kemampuan Eunice membuat konsep berasal dari pekerjaannya selama 15 tahun terakhir. Ia adalah Creative Director, sekaligus Founder di Redboxactive Communication yang merupakan sebuah perusahaan event organizer dan marketing communication. Kalau soal teh, Eunice belajar secara otodidak, baik dengan membaca literatur maupun bereksperimen sendiri.
Untuk mengenalkan produknya, Eunice kerap melakukan private tea testing. Lokasinya bisa di Waroeng Babah Liong yang dikelola Eunice di Coworkinc, Wimo Building Lantai 3, Kemang, Jakarta Selatan. Namun bisa juga berlokasi di rumah customer.
Saat itu, Eunice menyeduh beberapa jenis teh, sambil menceritakan kisah di balik teh-teh tersebut berikut cara penyajiannya. Cara ini membuat Eunice dekat dengan pembelinya. Bahkan tak jarang Eunice menerima pesanan bingkisan untuk kebutuhan perusahaan dari mereka.
Saat ini Teh Warisan dapat dibeli di enam titik. Lokasinya adalah di Waroeng Babah Liong, Lokal Deli, Pure Foods Market, dan Tulisan di Darmawangsa Square, Plaza Senayan, dan Colony Building. Kebetulan semuanya masih di Jakarta Selatan.
Alasan Eunice memilih toko tempat ia menitipkan barangnya adalah karena pertimbangan lokasi, juga kesamaan visi dan misi. “Mereka menghargai value yang saya buat selama ini,” pungkas Eunice.
Foto: Honda Tranggono
Pengarah gaya: Erin Metasari