Mada Ayu Habsari punya pekerjaan yang unik. Ia mengoperasikan dua perusahaan yang bergerak di bidang energi: Enertec Enviromate Solusi, yang fokus pada konservasi dan efisiensi energi, serta Arya Watala Capital, yang mengkhususkan diri pada renewable energy (energi baru terbarukan).
Perusahaan yang kedua ini adalah perusahaan produsen listrik swasta yang menjual energi ke PLN. Saat ini, ada 29 lokasi pembangkit yang sedang digarap perusahaannya.
Selain bekerja, ia aktif di organisasi yang berhubungan dengan energi, salah satunya sebagai Wakil Ketua Bidang Hubungan Lembaga MASKEEI (Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia). Ia juga menjadi salah satu tim pendamping rencana UUD Energi Baru Terbarukan, lagi-lagi satu-satunya wanita di sana.
“Pengusaha di bidang energi ini memang jarang sekali perempuan. Padahal dunia internasional sudah meminta ada komposisi perempuan,” ujarnya.
Profesi Mada bisa dikategorikan sebagai profesi yang maskulin. Keras, berat, tidak hanya dalam menyusun strategi bisnis, tetapi juga secara fisik. Pembangkit listrik sebagian besar berlokasi di area terpencil dengan akses transportasi yang minim.
Untuk mencapainya, diperlukan angkutan yang tidak biasa dan mungkin saja sedikit berbahaya. Kapal kayu dan motor trail adalah contohnya. Belum lagi panas matahari yang luar biasa.
“Kembali dari site, pasti sudah jadi hitam manis,” ia tertawa menceritakannya. Meski penuh tantangan, Mada tak segan untuk terjun langsung ke lapangan demi mengecek lokasi, tentu dengan gayanya sendiri, tetap feminin. “Visit site tetap harus cantik,” katanya. Topi, payung, kaca mata hitam siap menemaninya.
Menjadi pemain di bidang energi sebenarnya bukan cita-cita Mada. Waktu kecil ia justru tak berniat bekerja. Mada ingin seperti ibunya, seorang ibu rumah tangga yang hebat.
Namun kenyataan tak selalu sesuai dengan apa yang kita angankan. Lulus dari SMA, Mada mengambil jurusan Sastra Inggris. Karier pertamanya setelah menyelesaikan kuliah adalah customer service Bank Mandiri. Kantornya termasuk cabang baru, pekerjaan Mada pun merangkap marketing.
“Saat itu belum ada priority banking. Saya beride agar nasabah yang punya dana besar dibuatkan special treatment,” ia menjelaskan. Akhirnya idenya berjalan dan menjadi suatu pencapaian fantastis di cabangnya.
Enam tahun bekerja di tempat yang sama membuat Mada resah. “Saya ini orangnya hiperaktif, ingin selalu ada tantangan,” begitu pengakuannya.
Sementara bank adalah institusi yang sangat teratur. Apalagi bank besar yang memiliki struktur organisasi kaku dan jumlah karyawan ribuan. Hampir tak ada celah bagi Mada untuk ‘bermain’.
Di halaman selanjutnya, Mada bercerita tentang pengalamannya terjun ke bisnis energi