Jamie Aditya tidak pernah belajar seni secara formal tapi ia bisa menulis, melukis, dan bermain musik. Baginya, ilmu tidak hanya didapat dari sekolah setinggi-tingginya.
“Saya suka lukisan hitam-putih dan melukisnya menggunakan charcoal,” ujarnya. Ia juga ingin belajar memahat dan tampil dalam stand-up comedy. Kemampuannya meniru dialek bahasa dari beberapa negara memang patut diacungi jempol. Saya sampai tak berhenti tergelak mendengarnya.
“Waktu kecil, saya sering bersama dengan aki dan nini,” ungkap Jamie menceritakan masa kecilnya. “Dan setiap acara keluarga, kami sering melakukan jam session dengan lagu-lagu berirama jazz.” Ketika beranjak dewasa, Jamie pun menerjemahkan genre musik tersebut ke dalam lagu ciptaannya.
“Saya mulai menciptakan lagu di tahun 1993,” ceritanya dengan wajah berbinar. Jamie memang terlihat bersemangat jika diajak ngobrol tentang musik. Bahkan di kala senggang, Jamie banyak menghabiskan waktu bersama para teman-teman musisi, antara lain Indra Lesmana dan Eki Humania.
Mereka yang memberikan dukungan agar Jamie mulai mengumpulkan lagu-lagu hasil karyanya menjadi satu album. Akhirnya, pada tahun 2012, Jamie berhasil meluncurkan album perdananya yang diberi tajuk LMNOP. Kemudian pada tahun 2015, Jamie berduet dengan Kelland Thomas, pemain saksofon asal Amerika Serikat, untuk mengeluarkan album Trad & Soul.
Pria kelahiran Canberra, Australia, ini memang tak asing lagi dengan dunia seni dan hiburan. Di tahun 90-an, kita sering melihat sosok Jamie menghiasi layar kaca di kanal MTV, di antaranya pada program MTV Land dan MTV Screen. Saat itu, Jamie harus berdomisili di Singapura untuk syuting.
Kami pun bernostalgia. Saya mengingat masa menontonnya di televisi, ia mengingat kebiasaannya kala itu. Salah satu hal paling seru yang saya dengar, ternyata celoteh yang dilakukan selama syuting berlangsung spontan, tanpa skrip. “We do whatever we want,” ujarnya. Teleprompter yang ada di hadapannya hanya mencantumkan tentang lagu dan berita seputar artis.
Apa yang saya lihat dulu ternyata tidak jauh berbeda dari gaya Jamie sekarang. Bila tampak kerutan pada beberapa bagian wajah, wajar terjadi. Tapi secara keseluruhan, pria usia 46 tahun ini tetap sedap dipandang mata. Gaya bicaranya pun spontan, humoris, dan ekspresif. Di sela-sela wawancara, Jamie bisa saja secara spontan menegur orang yang sedang lewat. Ini bukan hal yang aneh, karena Jamie tinggal di kompleks perumahan ini sejak kecil. Tak heran kalau ia mengenal akrab para pekerja di lingkungan itu.
Dari postur tubuhnya, terlihat Jamie sangat memperhatikan makanan yang dikonsumsinya. Soal ini, kakek dan nenek kembali hadir dalam ceritanya. “Saya coba mengikuti aki dan nini yang selalu terbiasa makan dengan porsi kecil,” kata Jamie membuka rahasia tampilan segarnya. Aki dan nini yang dimaksud adalah kakek dan nenek dari pihak ibunya. Ia percaya bahwa kebiasaan ini merupakan rahasia panjang umur. Jamie pun menyebutkan usia sang kakek, Achdiat Karta Mihardja, penulis karya sastra klasik Atheis, yang wafat di usia 99 tahun. “Setiap kali makan, saya menghindari rasa kenyang,” lanjutnya.
Rahasia lainnya, Jamie menghindari makan nasi terlalu banyak, dan roti tawar. Padahal, sang istri lihai memasak makanan lezat. Bisa dibayangkan, betapa tinggi kedisiplinan Jamie dalam menjaga kebugaran. Untuk olah tubuh, Jamie membiasakan joging selama 15 menit, yang dilanjutkan dengan berenang satu jam setiap hari. Tak perlu repot berkunjung ke gym—semua itu dilakukannya di area rumahnya yang asri.
Foto: Previan F. Pangalila
Pengarah gaya: Erin Metasari