Karya seni abstrak yang ditampilkan oleh empat perupa dari Indonesia dan Inggris antara lain Syagini Ratna Wulan, Arin Dwihartanto Sunaryo, Sinta Tantra dan Kate Bright. Studio di sini menjadi sebuah analogi dari sebuah ruang yang berusaha kita temukan; apakah itu gambar, tanda, isyarat, motivasi, subjek tertentu ataupun sebuah tempat untuk menenggelamkan diri.
Terdapat perbedaan interpretasi dari keempat seniman dalam menuangkan karya mereka menjadi sebuah karya seni. Bagi Sinta Tantra, seniman asal Inggris keturunan Bali, kepalsuan menjadi medium dalam inspirasi karyanya. Intervensi warna guston pink dan acid kuning yang ngepop menghasilkan perpaduan geometri dan ruang yang dituangkan di atas kanvas.
Berbeda dengan Syagini Ratna Wulan, seniman asal Bandung; karyanya kali ini terlihat hubungan antara filosofi dan kontemplasi estetika. Ruang yang diciptakan antara objek dan orang yang melihat karyanya menciptakan relasi yang intim.
Kate Bright, seniman asal Inggris, menampilkan lukisan dengan teknik illusionism. Ini sebuah penciptaan efek untuk menipu mata kita dengan menciptakan abstraksi dari pemandangan menggunakan bentuk riak dari danau yang dilalui perahu. Dengan sangat piawai Kate memainkan material sehingga kita tidak masuk ke dalam ruang yang diciptakan, sehingga lebih fokus pada permukaan lukisan itu sendiri.
Seniman asal Bandung lainnya, Arini Dwihartanto Sunaryo, menciptakan karya yang melambangkan kebebasan dalam berkreasi. Baginya studio, atau ruang untuk berkarya merupakan tempat persembunyian atau pusat bereksperimen.
Pameran ini bertujuan mempromosikan pertukaran budaya dan ikatan kerja sama antara Indonesia dengan institusi seni di Inggris. Selain itu PT Jakarta Land yang menjadikan gedung WTC 2 sebagai tempat pameran menggagas program Art at WTC, yang memiliki misi untuk meningkatkan kreativitas lingkungan sekitar.
Pameran ini berlangsung hingga sebulan ke depan, dari 23 Agustus sampai 23 September 2016.
Foto: Siti H. Hanifiah