Lampu-lampu itu bentuknya unik. Dengan karakter tubuh manusia, kepalanya digantikan oleh kap lampu.
Begitu melihat, saya langsung bisa mengenali pemilik tubuh itu. Ada Carrie Bradshaw dari "Sex and the City", James Dean, dan si musisi beken David Bowie. Juga ada aktris lawas Hollywood seperti Audrey Hepburn dan Marilyn Monroe.
Banyak terinspirasi oleh tokoh populer, namun tak semua lampu menggunakan tokoh tenar sebagai model. “Everything we love inspires us” adalah tagline Lampu RUNA. “Apa pun yang kami suka, apa pun yang kami minati, itu bisa menjadi ide,” ungkap Intan Pradina, pemilik usaha Lampu RUNA. Itu sebabnya, sebagian lampu dibuat berdasarkan ide yang melintas saat itu, seperti Ballerina Collection yang terinspirasi keanggunan penari balet.
Intan tak sendirian dalam mewujudkan mimpinya. Suaminya, Noro Ardanto, telah belasan tahun terjun di bisnis ekspor kerajinan tangan. Namun, Lampu RUNA baru berjalan setelah Intan tak lagi menjadi jurnalis di sebuah majalah wanita, karier yang sudah 12 tahun dijalaninya.
Bisnis Lampu RUNA dimulai pada tahun 2013, ketika Intan dan suaminya akan mengikuti pameran ekspor di Vietnam. Saat itu mereka kekurangan barang untuk pameran. Intan dan Noro pun memutar otak untuk menambah jenis barang. Mereka teringat seorang pelanggan di Prancis yang mengritik patung berbentuk prajurit yang dinilainya terlalu garang. Agar kesan itu hilang, patung prajurit itu dimodifikasi. Hasilnya adalah seri lampu The Love Soldiers. Pameran di Vietnam itu meraih sukses. Tawaran ekspor datang dari Belgia dan Brasil.Sadar akan besarnya kekuatan media sosial, Intan memaksimalkan Instagram untuk memajang foto-foto Lampu RUNA.
Meskipun pasar ekspor menggiurkan, Intan dan Noro lebih memilih pasar dalam negeri. Intan pun sadar kalau mereka harus lebih cermat dan tegas soal quality control. Namun dengan sistem penjualan retail di dalam negeri, perajin diuntungkan karena harganya lebih tinggi. Bagi Intan, bisnis tak semata soal profit.
Pasangan ini ingin menyejahterakan perajin yang mayoritas berprofesi sebagai pembuat wayang golek. “Kalau mereka dibayar terlalu rendah, bukan tak mungkin mereka akan beralih profesi,” ujar Intan, ibu dua anak.
[Baca juga tentang bisnis perhiasan milik Happy Salma dan Sri Luce di sini]
Dari awal, konsep pemasaran sudah dibangun. Situs www.lampuruna.com dibuat untuk memperkenalkan produk, sementara kerja sama dengan situs www.shopdeca.com dijalin untuk pembelian secara online. Sadar akan besarnya kekuatan media sosial, Intan memaksimalkan Instagram untuk memajang foto-foto Lampu RUNA.
Untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya, Intan terus-menerus melakukan inovasi. Tahun 2014, Lampu RUNA mulai membuat desain berdasarkan permintaan. “Kami pernah menerima pesanan lampu untuk kado ulang tahun seorang pengacara. Mereka bingung mau kasih kado apa untuk pengacara ini, dan kami punya barang unik dengan harga terjangkau,” ujar Noro. Lagi pula, siapa yang tak akan tersanjung mendapat kado yang begitu personal?
Keahlian Noro di bagian produksi dipadu keahlian Intan di bidang promosi menjadikan roda bisnis Lampu RUNA berputar. Di usia bisnis yang memasuki tahun ketiga, mereka telah kembali modal.
Foto: Zaki Muhammad