BELANJA DI PASAR ATAU DI MAL MEWAH?
Senang belanja di pasar atau di mal wangi, Anda bisa merasakan keduanya di Dubai. Anda bisa belanja dengan sedikit menawar di Souk Madinat Jumeirah, pasar modern di kawasan hits Madinat Jumeirah.
Kalau jago menawar tanpa belas kasihan, silakan eksplorasi Spice and Gold Souk di kawasan lama Dubai. Belanja oleh-oleh dari kurma hingga eyeliner atau celak, juga rempah-rempah, di sini tempatnya. Belanja berkelompok biasanya bisa mendapatkan harga lebih murah. Tapi karena kiosnya banyak dan mirip, jangan sampai tersesat, ya.
Jika mal dingin dan wangi jadi preferensi Anda, Dubai adalah surganya. Di The Dubai Mall, saya dan rekan-rekan mengikuti tur VIP naik mobil keren keliling mal. Meski mal mewah bukan barang baru di Jakarta dan Surabaya, The Dubai Mall cukup mengagumkan.
Bukan hanya karena ada akuarium indoor raksasa Dubai Aquarium & Underwater Zoo dengan piksel layar terbesar di dunia. Tapi juga karena di mal ini, di area The Souk Dome atau pusat mal, dipamerkan fosil dinosaurus raksasa setinggi lebih dari 25 meter yang digali di Wyoming, AS. Dubai Dino, begitu julukannya, berasal dari era Jurassic.
Saya juga berkunjung ke Mall of the Emirates, salah satu mal terbesar di dunia. Jika hotel Anda tidak dekat mal ini, Anda bisa naik Dubai Metro, transportasi dalam kota Dubai, yang sepenuhnya dikendalikan dengan komputer (tanpa masinis).
Sementara di mal lain, Dubai Festival City, beberapa jam sekali Anda bisa menyaksikan atraksi Imagine Water & Light Show. Ini adalah permainan laser dan 30 air mancur (ada beberapa cerita) dengan layar raksasa di permukaan gedung pencakar langit. Lengkap dengan surround sound, pertunjukan outdoor ini spekta!
HANG OUT DI TEMPAT HIP
Banyak spot hang out yang hip di Dubai tanpa bikin kantong kempis. Salah satunya di City Walk, di kawasan urban di Jumeirah. Berjalan dari satu blok ke blok lain sambil menikmati kehidupan urban di Dubai sangat menyenangkan. Jangan heran kalau Anda lebih banyak bertemu orang asing karena 88% penduduk Dubai adalah ekspatriat.
Di City Walk, selain foto-foto, Anda bisa makan es krim yang dijual di jalan, atau melihat pemandangan pria-pria muda ganteng dalam busana gamis serba putih melintas di tengah pedestrian, he he. Atau polisi ganteng yang patroli naik Audi atau MacLaren. Hmm....
Di malam hari, kawasan ini sangat cantik bermandikan lampu. Di hotel-hotel sepanjang jalan raya dekat City Walk, mobil-mobil mewah diparkir manis.
Anda juga bisa hang out di Madinat Jumeirah, kawasan yang memadukan kemewahan dan budaya Arab. Desainnya terinspirasi bangunan kuno di Arab, namun dengan sentuhan modern. Ada dua hotel mewah untuk pilihan akomodasi, serta deretan kafe dan resto. Coba, deh, naik abra, taksi air dari kayu, sambil mengelilingi kanal buatan di kawasan ini. Dari jauh, terlihat pula siluet Burj Al Arab.
JANGAN DIET DI DUBAI!
Rugi banget diet saat di Dubai; Anda bisa mencoba berbagai masakan internasional, seperti masakan Thai yang juara banget di Thiptara di hotel Palace Downtown atau masakan Italia di Sapori di Bice, City Walk. Masakan India fusion juga banyak yang enak, seperti di Peppermill, Dubai Festival City.
Sayang juga melewatkan masakan Timur Tengah kaya rempah namun tak sekental aroma makanan India. Apalagi masakan Levantine, atau masakan yang terpengaruh budaya Lebanon, Yordania, Palestina, Syria, dan Turki.
Lebih didominasi yoghurt dan panggang-panggangan, hidangan Levantine, seperti yang saya coba di Olea Restaurant, Kempinski Hotel Mall of the Emirates, bikin saya tambah dan tambah lagi. Cocolan hummus-nya endes banget. Nyam!
Tapi saya takjub dengan porsi hidangan di Dubai. Bayangkan, di resto masakan Timur Tengah Al Mashowa di Riverland, Dubai Parks and Resorts, satu mangkuk besar berisi nasi kebuli + satu ekor ayam adalah satu porsi (tapi enak...)! Belum lagi sepinggan nasi (kebuli) lengkap dengan sapi atau ayam, juga satu porsi, seperti yang saya coba di Arabian Tea House di Al Fahidi.
Di Jakarta, sih, hidangan itu cukup banget untuk tiga orang!