
Setiap orang dibuat berkeringat dan kelelahan. Apalagi
di tengah bulan Ramadan. Namun tidak demikian
dengan seorang wanita bertubuh mungil tapi kencang
yang saya temui.
Wajahnya cerah, senyumnya sumringah, dan gerak tubuhnya energetik. Sama sekali
tak tampak raut lelah meskipun ia sedang berpuasa. “Saya baru saja selesai melatih zumba di Bintaro dan langsung ke sini,” jelas Dewi Indira Budisavitri, 37, saat saya temui di Djule Coffee di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Sudah jelas dari mana ia mendapatkan kebugaran seperti itu. Sehari-hari ia berprofesi sebagai pelatih zumba, senam ritme yang pada tahun 2001 untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia. “Awalnya saya diperkenalkan oleh seorang teman. Saya tertarik, lalu ikutan latihan, dan ternyata suka banget, hingga akhirnya terjun menekuni Zumba hingga saat ini,” jelas
ibu dua anak—Miura dan Micha—ini.
Aktif berolahraga memang bukan hal baru bagi
Dewi. Sejak duduk di sekolah dasar, kedua orang tuanya telah memperkenalkannya kepada berbagai olahraga: Lari, berenang, menari balet, hingga pilates.
Mengapa pada akhirnya ia memilih zumba? “Pertama, saya menyukai musik Latin. Lagi pula, di mana lagi kita bisa menjumpai jenis latihan yang menggabungkan gerakan tubuh yang intesif dengan tari, seperti dance, Reggaeton, Salsa, atau Cumbia? Saya menikmati zumba bukan hanya di raga, tapi juga di jiwa, karena jenis olahraga ini ear-catchy,” Dewi menjelaskan penuh semangat.
Selain tetap aktif berlatih di gym, zumba menjadi hobi baru yang tak pernah lepas dari keseharian Dewi. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi pelatih zumba profesional. Ia pun mengikuti kelas zumba secara online di Zumba Instructur Network yang bermarkas di Amerika Serikat, dan dinyatakan lulus sebagai instruktur bersetifikat pada tahun 2012, dan diplomanya diakui secara internasional.
“Ketika sudah memiliki dua anak, saya merasa harus melakukan turning point. Ini saatnya saya harus
menyediakan waktu lebih banyak untuk anak-anak,” ujar single parent ini. Dewi yang sebelumnya bekerja sebagai public relations di sebuah stasiun TV swasta dan perusahaan periklanan ini lantas berpikir, kalau ia bisa menjadikan hobinya sebagai lahan bisnis, tentu sangat menyenangkan.
Kini ia telah mengantongi beberapa sertifikat mengajar antara lain Zumba Toning, Zumba Fitness, Strong by Zumba (jenis zumba yang menggunakan metode High Intensity Interval
Training), juga pound fit, pilates, dan soul barre.
Selain bisa mendapat penghasilan dari kegiatan yang sangat ia sukai, Dewi bisa mengatur jadwalnya secara fleksibel. “Dengan menjadi instruktur zumba, saya bisa mengajar setelah anak-anak sudah berangkat ke sekolah dan ketika mereka pulang sekolah, saya sudah ada di rumah lagi. Ini yang tidak bisa saya temukan ketika masih jadi pegawai kantoran. Sekarang, saya punya kebebasan atas diri saya sendiri,” katanya tersenyum.
Tantangan pertama yang dihadapinya saat resmi menjadi pelatih zumba adalah memperkenalkan zumba ke masyarakat. Awalnya ia hanya mengajak teman-teman dekat dan membuka kelas di studio kecil di rumahnya sendiri. Studio itu ia namakan Rumah Garuda, di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.
“Tantangan selanjutnya adalah bagaimana memotivasi orang untuk intens mengikuti zumba, bukan cuma terpesona sebentar lalu berhenti. Olahraga apa pun baru berdampak baik bagi kesehatan bila dilakukan secara rutin dan konsisten. Paling tidak, seminggu dua kali atau seefektif mungkin. Dan saya ingin menanamkan kebiasaan itu,” katanya.
Dewi yang saat ini menjadi pelatih tetap di Sana Studio mengungkapkan, ia akan terus berusaha menjadi pelatih zumba yang benar-benar profesional. Tak hanya zumba, ia juga berkeinginan menjadi pelatih pilates, soul barre, serta membeli beberapa peralatan studio untuk latihan bersama murid-muridnya.
“Dari murid-murid, saya juga banyak belajar tentang motivasi diri. Ada seorang murid saya yang bersikukuh mengikuti kelas, padahal salah satu tulang kakinya telah diambil untuk membantu anaknya yang terkena kanker. Keinginan kuatnya untuk terus berlatih menjadi inspirasi bagi saya untuk terus berkarya dan meraih mimpi,” ungkap Dewi.
Fotografer: Previan Pangalila
Pengarah Gaya: Siti H. Hanifiah
Tata Rias Wajah & Rambut: Jamilah
Lokasi: Djule Coffe, Jakarta Selatan