Tak salah jika Dewi Fashion Knights selalu menutup sepekan penuh gaya dari Jakarta Fashion Week. Tahun ini, Dewi Fashion Knights atau DFK menutup JFW 2017 pada Jumat, 28 Oktober 2016, dengan indah.
Indah, karena sebagai penikmat fashion yang bukan fashionista, saya merasa koleksi yang ditampilkan begitu memanjakan mata, sekaligus wearable. Anda bisa memakai koleksi DFK tahun ini, dan menyesuaikannya dengan gaya personal Anda. Salut untuk Tim Dewi yang mengurasi keenam desainernya. Rasanya penantian penonton karena show molor dua jam terbayar tuntas.
Indah, karena fashion show digelar tanpa banyak basa-basi, koreografinya simpel tanpa membosankan (salut untuk Panca Makmun!). Indah pula karena saya merasakan benang merah dari satu koleksi desainer ke koleksi desainer lainnya. Masing-masing menampilkan ciri khas rancangan, tapi ada unsur Asia yang termodifikasi, dalam tema besar Cycle of Time and Culture.
Saya langsung jatuh cinta saat Major Minor Maha membuka show DFK. Koleksinya menampilkan detail utilitarian, juga gaya tumpuk yang elegan. Rok-rok panjang bertumpuk atau dengan detail lipit berayun cantik di runway.
Belum hilang kekaguman saya pada Maha, koleksi FBudi sudah datang. Sang desainer, Felicia Budi, konsisten menghadirkan garis desain yang ethereal, yang membuat pemakainya merasa 'lengkap'. Koleksi celana slouchy-nya sungguh menggoda. Saya bahkan menemukan inspirasi gaun pengantin untuk beach wedding tak terlupakan.
Desainer selanjutnya, Toton, makin membuat saya terkesiap. Atasan penuh detail intricate sempat 'tersembunyi' di balik blazer longgar. Namun koreografi manis membuat penonton berdecak kagum ketika melihat koleksi yang didominasi dusty pink ini.
Vinora sebagai desainer keempat menampilkan koleksi mojo-nya: Tailored urban wear. Kemeja putih, atasan asimetris, outerwear, rok pensil, celana lebar, semua dalam warna basic dan tailoring kelas tinggi. Mudah dipadupadankan, sekaligus mahal tanpa harus berteriak.
Sebagai desainer kelima, Sapto Djojokartiko memang pantas dapat sambutan hangat. Koleksinya yang bergaya futuristik (lengkap dengan permainan lampu merah di finale) benar-benar keren. Busana serba tailored dalam warna blush, pink muda, hingga silver mengundang komentar kompak para fashion editor di front row, "Bagus banget!"
Jika ada sedikit kekurangan, koleksi Didi Budiardjo sebagai penutup mungkin sedikit melenceng, untungnya benang merah budaya Asia tetap terasa. Didi meramu ulang busana prajurit keraton Jawa, yang terpengaruh budaya Eropa. Kehadiran Paula Verhoeven yang ditandu bersama barisan Sekatenan saat membuka sekuens Didi menjadi hiburan tersendiri.
Foto: Image.net/Jakarta Fashion Week 2017