“Ah, reseh!” ujar teman-teman Pincky Sudarman kepadanya. Komentar negatif itu justru muncul kala Pincky menasihati kawan-kawannya untuk menghargai karya anak negeri.
Salah satunya dengan tidak menawar harga baju rancangan desainer.
Ketika mengadakan arisan, sudah menjadi kebiasaan mereka mendatangkan desainer untuk membuat show kecil-kecilan. Nasihat itu adalah salah satu cara Pincky menyadarkan lingkungkungannya, betapa berharganya kreativitas seniman Indonesia.
Sehari-hari Pincky gemar memakai segala hal produksi Indonesia. Jam tangan dari kayu bermerek JK (Jam Kulonprogo) selalu menemani harinya. Jam yang dipakai Pincky tersedia di Alun-Alun Indonesia—sebuah toko yang menjual aneka produk asli Indonesia yang berlokasi di Grand Indonesia, West Mall lantai 3, Jakarta. Di toko inilah Pincky menjabat sebagai Presiden Direktur Alun-Alun Indonesia sejak 2014.
Pada awalnya, Pincky diserahi tanggung jawab sebagai business development director. Tugasnya adalah mengatur peletakan barang dan mencari barang-barang berkualitas yang hendak masuk toko. Sebagai penggagas, bersama dirinya ada sang adik, Dea Sudarman. Kemudian ada teman-teman Pincky yang berminat dengan budaya Indonesia, seperti Meilihanny Sosrowardoyo, Sita Subyakto, Retno Soeparto, dan Wiwiek Lestari.
“Saat itu dipilih nama proyeknya adalah Alun-Alun. Alasannya karena di seluruh kota Indonesia ada alun-alunnya. Dan di alun-alun itu ada pusat pemerintahan, pusat agama, dan pusat ekonomi. Di akhir pekan, alun-alun menjadi tempat berekreasi,” Pincky menerangkan.
Dalam mempersiapkan pembukaan Alun-Alun, Pincky sempat mengalami kesulitan. Tidak mudah meyakinkan perajin untuk memasukkan produknya ke toko ini. Di beberapa mal, perajin sempat menitipkan barangnya namun malah tidak laku.
“Mereka baru yakin setelah kami menyebut nama-nama desainer yang sudah terkenal, misalnya Runi Palar dan Obin,” kenang Pincky. Pincky menunjukkan anting karya desainer Reny Feby yang tersedia di Alun-Alun Indonesia. Detail ukirannya berbentuk bunga kerak nasi yang terbuat dari kerang. “Nggak kalah dari Harry Winston!” ungkap Pincky antusias.
Setelah mengurasi produk berkualitas, tugas Pincky selanjutnya adalah membuat para pengunjung tertarik membeli. Caranya dengan menyediakan barang dengan harga bervariasi. “Untuk saya, toko itu harus bisa melayani semua lapisan masyarakat, baik yang bermodal besar maupun bermodal kecil,” ujar Pincky.
Dalam setiap kegiatan, sebisa mungkin Alun-Alun menyelipkan misi sosial. Misalnya ketika Pasar Klewer di Solo terbakar pada 2014, Alun-Alun memborong dagangan para pedagang di sana lalu menjualnya di Alun-Alun. Kemudian, mereka juga telah bekerja sama dengan Lumintu Recycle Art yang memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk membuat kerajinan tangan dari bungkus pasta gigi bekas.
Kepiawaian Pincky mengelola Alun-Alun tak lepas dari pengalamannya selama ini. Walau berlatar belakang pendidikan arsitektur, ia aktif membantu Mari Elka Pangestu yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan dalam menyelenggarakan Pameran Produk Indonesia (PPI). Dari situlah Pincky menjalin networking dengan perajin-perajin berkualitas ekspor.
Dirunut lebih jauh, Pincky juga aktif di Yayasan Sejati sejak tahun 1992. Yayasan yang didirikan oleh Mari Elka Pangestu dan Dea Sudarman yang berprofesi sebagai pembuat film dokumenter ini mengumpulkan kearifan lokal di seluruh wilayah Indonesia yang kemudian dibagikan secara luas. Selain berperan sebagai kru film, Pincky juga menjadi guide di Galeri Gedung Dua8, tempat pemutaran video dan artefak Yayasan Sejati.
Sama seperti ketika bekerja untuk Yayasan Sejati yang mencari tahu secara rinci asal usul tradisi masyarakat lokal, di Alun-Alun Indonesia Pincky juga merasa wajib memahami secara detail suatu produk yang dijual di sana.
“Kalau kita bilang ini dari suatu daerah, kita harus tahu dari daerah mana, dan seperti apa pembuatannya. Sehingga, kalau ditanya pengunjung kita bisa bercerita. Keindahan barang Indonesia luar biasa, tapi dia tidak bisa bercerita. Kita yang harus bercerita,” kata Pincky.
Foto: Hermawan
Pengarah gaya: Erin Metasari
Rias wajah dan rambut: Ina Juntak