Apa yang dilakukan Christine Hakim di luar dunia film? Ia ternyata lebih suka 'leyeh-leyeh' di rumah ketimbang terjebak macet untuk jalan-jalan. Kadang ia memasak juga.
Saat memasuki rumah Christine Hakim di daerah Cibubur, Jakarta Timur, saya langsung merasakan kesejukan dari berbagai tanaman yang tumbuh di pekarangan. Dari pintu masuk, tamu langsung dapat menuju ruang terbuka yang terdiri atas sofa besar, kursi, dilengkapi meja, dengan beberapa deret buku dan majalah. Kami dipersilakan duduk di ruang terbuka itu. Rasanya nyaman, apalagi sambil meminum minuman dingin.
Di depan ruang terbuka itu ada kolam yang juga menyejukkan mata. Kami juga disuguhi bubur dengan topping telur salmon yang disiapkan khusus oleh Christine Hakim untuk kami yang sudah janji temu siang itu. Kami menikmatinya di ruang terbuka lain yang didesain menyerupai ruang makan. Setelah makan, Christine mengajak saya menuju sebuah tempat seperti saung di tengah sawah. Kami seolah duduk ala lesehan, tapi kaki saya bisa menggantung seperti duduk di kursi. Konsep yang unik.
Saat itulah saya penasaran, apa yang dilakukan Christine Hakim di waktu luang? Saya tak heran jika jawabannya adalah ia lebih suka 'leyeh-leyeh' di rumah. Dengan rumah senyaman itu, saya juga ingin 'leyeh-leyeh' saja di rumah kalau tak ada pekerjaan atau hal penting di luar.
"Di rumah ini ada ibuku, suamiku, ponakan-ponakan, sangat menikmati sekali berada di rumah kalau sedang tidak ada kegiatan di luar. Karena kalau lagi sibuk bisa setiap hari kena macet. Saya tidak punya hobi. Hobi saya tidur dan makan," ungkap Christine santai.
Untuk hobi makannya ini, Christine ternyata senang memasak sendiri di rumah, setiap hari. Dan seminggu tiga kali ia masak masakan Eropa karena suaminya berasal dari Belanda. "Sudah ketahuan paling daging, salmon."
Selain memasak, Christine senang berolahraga. Ia bersyukur dibesarkan dalam keluarga yang memberikan nutrisi yang seimbang untuk hidupnya, mulai dari nutrisi (makanan), fisik (olahraga), dan spiritual. Ia sudah berolahraga layaknya atlet, mulai dari atletik, berkuda, hingga renang. "Kalau diteruskan, saya bisa jadi atlet renang," serunya.
Hanya saja, ia mengaku setelah remaja mulai malas berolahraga serius dan lebih suka bermain ice skating. "Di usia sekarang cuma renang dan jalan kalau ada kesempatan."
Lain lagi urusan spiritual. "Sejak kecil, tidak ada yang membuat saya down. Saya percaya dinamika kehidupan pasti ada. Saya orang yang tidak gampang menyerah, tidak pernah putus asa, selalu berpikiran positif. Kegagalan adalah pelajaran yang luar biasa, jangan putus asa, jangan berhenti," kata Christine. Selain bimbingan orang tua, Christine belajar agama dari guru ngaji yang dipanggil ke rumah.
Ia juga tak begitu suka traveling. Sebab, pekerjaannya sebagai aktris sudah membawa ia traveling ke berbagai kota dan negara. "Travelingnya ya sewaktu bekerja. Paling saya traveling setahun sekali kalau pulang ke kampung suami di Amsterdam," ujarnya.
Christine juga mengaku jarang ditemani suami saat syuting di luar kota atau luar negeri karena akan sulit berkonsentrasi. "Biar bagaimana, saya pasti ingin mengurusi dia. Jadi kepikiran terus," tambahnya. Tapi sesekali sang suami juga datang mengunjunginya, jika lokasi syuting cukup nyaman.
Tujuh belas tahun berumah tangga, hampir tak pernah Christine Hakim membuka persoalan rumah tangganya ke media. Alasannya sederhana.
"Sejauh itu memberikan manfaat, tidak apa-apa. Tetapi di dalam agama yang saya yakini, kerahasiaan suami-istri itu bukan untuk diumbar. Saya juga tidak mau media hanya mengekspos diri saya, bukan apa yang saya kerjakan. Saya ingin menjelaskan, fokus saya di sini, mari kita sama-sama membangun perfilman Indonesia. Saya bukan sok jaga image, tapi saya merasa memang tidak ada manfaatnya membicarakan rumah tangga saya," kata Christine menutup perbincangan.
Foto: Shinta Meliza
Pengarah gaya: Nanda Djohan